Chereads / Love at The End of Spring / Chapter 10 - Sepuluh

Chapter 10 - Sepuluh

Kenzo menatap punggung Kazura yang menjauh. Ia yakin Kazura bisa menjaga dirinya sendiri. Setelah yang terjadi dalam beberapa hari terakhir, ia mulai belajar bagaimana memberikan kepercayaan kepada Kazura.

Namun, ia pun tidak bisa tinggal diam. Kenzo turun dari mobilnya , mengunci mobilnya dengan satu kali tekan. Satu tangannya mengancingkan bagian bawah jas hitamnya, tangan yang lain melepas kaca mata hitam yang di pakainya.

Kenzo berhenti di tempat ketika ia hampir bertabrakan dengan Arata. Napas Arata terengah, ia melihat ke belakang Kenzo seakan mencari sosok Kazura yang telah menghilang. Mungkin memang itu yang Arata lakukan, berusaha mengejar Kazura.

Namun, kini ia berdiri di tempatnya, menatap balik Kenzo yang melempar pandangan penuh tanya kepada Arata. Arata membungkuk sopan setelah menatap Kenzo beberapa saat, yang di balas Kenzo dengan bungkukkan seadanya. Kenzo mengenali Arata sebagai teman Kazura, bertanya, "Apa yang telah terjadi?"

"Apa Kazura di dalam mobilmu? Apa ia tidak apa-apa?" Arata bertanya, wajahnya khawatir. Berjarak beberapa meter di belakang Arat, Miho dan Haru terhenti dari langkah mereka ketika melihat sosok Kenzo.

"Jika ia tidak apa-apa, ia akan naik ke mobil dengan ceria seperti biasa. Tapi, untuk hari ini tampaknya berbeda. Siapa? Yoshiro Yuta mengganggunya?"

"Ia menyebarkan kata-kata yang tidak benar tentang Kazura. Sebaliknya , kita mengejar Kazura. Dari pada kembali ke[ada Yuta yang kurang ajar itu." Arata berkata emosi, bergantian menatap Kenzo dan trotoar luar yang telah kosong.

"Apa yang dia katakan?"

Arata tidak sanggup bicara pada Kenzo. Miho dan Haru spontan membungkuk ketika Kenzo berjalan melewati Arata, menuju ke arah mereka. Ia mengulang pertanyaan yang sama, kini dengan lebih mendesak.

Haru menjelaskan kepada Kenzo dengan kata-kata yang di perhalus, mencoba menenangkan Kenzo. Ia tahu jika mereka tidak menjawab Kenzo, maka ia hanya akan menanyakannya dan mendengar versi lebih buruknya dari orang lain. Haru mencoba menenangkan, "tetapi, Yoshiro Yuta telah di beri pelajaran oleh kakak-kakak kelas kami dari klub tenis, seharusnya ia kini jera mengatai Kazura seperti itu."

"Di mana dia sekarang?" Kenzo bertanya. Dari suaranya, Haru dan Miho tidak mendeteksi kemarahan. Namun, kilatan dari mata Kenzo sangat berbahaya. Kenzo tidak menunggu jawaban mereka, ia kemudian melanjutkan langkahnya yang lebar-lebar ke arah lapangan baseball.

Ia bertanya pada salah satu anggota tim baseball yang lewat di sampingnya, suaranya tenang "Yoshiro Yuta-san?"

Anggota tim baseball itu terpanda dengan penampilan Kenzo untuk beberapa saat lamanya, mendongak untuk bisa menatap garis mata Kenzo yang tinggi. Ia menunjuk seorang anak lelaki yang sedang membasuh mukanya di samping ruang ganti, lalu berkata "Yang itu."

Dengan figurnya yang tinggi, garis wajahnya yang tegas, jasnya yang hitam dan sedikit tato yang terlihat dari balik kancing kemejanya yang terbuka. Kenzo dapat dengan mudah menakuti siapa pun. Yoshiro Yuta yang menoleh karena terbayangi bayangan Kenzo pun terkejut akan bagaimana pria di hadapannya mempunyai kemampuan yang sangat besar dalam membuat hatinya menjadi kecut.

Kenzo menarik kerah baju Yuta, mengangkat dan memojokkannya pada dinding ruang ganti. Yuta yang menangkap ujung tato pada dada Kenzo menutup matanya rapat-rapat, ketakutan setengah mati.

Mata Kenzo menyipit ketika ia berkata., "Buka matamu... lihat wajahku. Hafalkan wajah ini, dan bayangkan sebelum kau berkata apa pun tentang Kazura lagi. Karena jika kau melakukannya lagi, aku lah yang akan membuat bibirmu terkoyak begitu parah hingga kau tidak bisa mengatakan apa pun lagi.... selamanya."

****

Kenzo tidak berhenti mengutuk dirinya sendiri setelah ia selesai dengan urusannya dengan Yoshiro Yuta tadi sore. Ia tidak kembali ke kantornya, atau menjawab panggilan apa pun yang berhubungan dengan bisnis. Ia mematikan ponsel, lalu menenangkan dirinya sendiri.

Mesin mobilnya telah di matikan, dan pintu kemudi telah di buka. Kenzo sudah berada did alam parkiran rumahnya, ia hanya belum turun dari mobil.

Ia menuju ujung setirnya dengan kepalan tangan. Sebelum Kenzo bisa melepaskan emosinya dengan gerakan keras lainnya, ia menarik tangan dan menghela napas panjang.

... Walau pun telah berjanji pada diri sendiri berulang kali... kekerasan memang selalu ada di dalam diriku..

Kenzo mengutuk dan mengutuk dalam hati. Pada Yoshiro Yuta... padahal aku sudah meninggalkan dunia dengan kekerasan itu... menggunakan penampilan yang rapi, menghindari tatapan orang-orang dengan kacamata hitam... apa aku memang sedang kabur dari masa lalu?

Ia mengerling ke pantulan dirinya pada spion hanya di sinari sinar rembulan dan remang-remang lampu balkon. Ia menghela napas panjang lalu mendongak ke dalam ruah. Lampu di dalam telah menyala.

Kenzo turun dari mobil, menguncinya. Lalu melihat berkeliling sesaat, merasa ada mata yang memperhatikannya, namun, ia tidak melihat apa-apa. Kenzo menekan pelipisnya. Selain kasar, ternyata aku memang mempunyai bawaan lain, terlalu waspada, kenzo menghela napas, ia memang tidak berubah sama sekali.

Kenzo masuk ke rumah, melepas sepatunya dengan lebih lunglai di bandingkan biasanya. Ia mendongak menatap ke arah ruang makan, menemukan Kazura sedang duduk di salah satu kursinya. Ia memakai celemek yang ternoda saus, di hadapannya menu makan malam yang sederhana telah ia siapkan, lengkap dengan peralatan makannya. Rice cooker masih menyala membuat bunyi klik pelan sesaat setelahnya, tetapi Kazura yang sedang melamun tidak menyadarinya.

"Aku pulang.." Kenzo berkata pelan, memecah lamunan Kazura. "Kau tidak apa-apa? Sudah lama menunggu?"

"Tidak." Kazura yang terperanjat spontan menggeleng, memberikan senyuman yang sedikit di paksakan ke arah Kenzo. "Ah, kau mau makan? Atau mandi dulu? Sebenarnya nasinya belum ---- oh, sudah matang."

Kenzo tahu ada sesuatu yang sedang di pikirkan Kazura. Ia melepas jasnya, membuat kemeja putihnya menjadi satu-satunya atasan yang di pakainya. Kenzo menggantungkannya pada Kursi sebelum ia menarik dan mendudukinya. Di hadapannya Kazura tidak bisa menatap langsung ke mata Kenzo.

Kenzo bangkit dan menyendokkan nasi ke mangkuk Kazura. Kazura berterima kasih dengan tersenyum tipis.

"Sejak pulang tadi, aku tidak bisa melupakan apa pun tentang apa yang Yoshiro Yuta katakan... dia bilang sore ini di sekolah..." kata-kata Kazura di potong begitu saja oleh Kenzo.

"Aku tahu." Kenzo menghentikan kata-kata Kazura karena sangat menyakitkan hati. Kazura menggigit bibirnya, terlihat ingin melanjutkan kata-katanya. Namun ia tiba-tiba tertawa di paksakan, membuat Kenzo menatapnya semakin dalam. Ia bertanya dengan hati-hati "Ada apa?"

"Aku selama ini tidak pernah sadar." Kazura berkata. Suaranya mati-matian menahan kekesalan dan kesedihan di hatinya. "Bahwa aku memang benar-benar seperti yang semua orang katakan."

"Jika ini karena Yoshiro Yuta, Kazura.. kau tidak perlu mendengarkan kata-kata apa pun yang ia katakan."

***