Devano masih belum melepaskan tangan Rifqy dan malah mencekalnya lebih keras membuat Rifqy sedikit meringis. Bahkan Ashlea pun tahu ada hawa marah di mata Devano, seperti yang sering ia lihat saat bekerja. Devano memang pemarah tapi belum pernah Ashlea lihat sampai semarah ini.
"Karena aku menghormati kodrat wanita. Pendapatnya harus diperhatikan." Devano semakin menggila. "Pergilah."
Rifqy hanya bisa menertawakan hal ini. Ia tidak pernah diperlakukan seperti ini, dan sekarang kembali seperti dulu, Devanio-lah orangnya.
"Baik Dev, ini yang kau mau." Rifqy menarik tangannya sampai terlepas dari tangan Devano, melirik Ashlea sebentar kemudian pergi meninggalkan ruangan itu.
Laki-laki itu telah pergi. Devano melirik ke ujung jasnya. Tangan Ashlea memegang ujung jasnya dengan erat, dan ia baru sadar sekarang.
Saat mendapati tangannya tak sengaja memegang ujung jas Devano, Ashlea langsung menariknya kembali.
"Kita pergi saja. Tidak usah menghabiskan uang di tempat tak berguna ini."