Chereads / Rayhan dan Nara / Chapter 10 - Bab 10

Chapter 10 - Bab 10

"Pasti ntar Nara di bebasin dari prakteknya. Tuh anak kan kesayangan pak Ferdi banget." Gerutu Devi.

"Ya salah Lo juga Dev. Ngapain tadi pake acara nyenggol si Nara segala." Ucap Nia.

"Kesel gue liat dia deket mulu sama Rayhan."

"Ya tapi ga kaya gini, tungguin gue kenapa sih! Kita kerja sama gitu." Nia berucap sambil menaik-turunkan alisnya.

"Oke. Nanti kita pikirin."

Lalu satu persatu dari mereka mulai mengambil nilai dengan praktek basket.

"Si Nara kapan susulannya kira-kira?" Tanya Rayhan pada Riki.

"Dia mah enak kalo sama pak Ferdi. Kesayangan banget tuh anak." Jawab Riki.

"Kok bisa?"

"Si Nara kan anaknya pinter tuh. Jadi ya pak Ferdi kaya udah biasa aja sama Nara, dulu pas kelas 10 juga pernah anaknya sakit, terus pas masuk juga udah ada nilai." Jelas Riki.

"Oh ya wajar sih, emang kalo anak pinter pasti jadi kesayangan guru." Rayhan berucap sambil mengangguk-anggukkan kepalanya.

"Eaaa... Eaaa... Eaaa...!!"

Sorakan itu terdengar saat Yuni, si anak pendiam kelas 11 IPA 1 mulai memasukan bola basket ke dalam ring.

"Diem deh, gue ga bisa konsentrasi!" Ucapnya kesal.

Mereka sontak tertawa, mereka memang suka sekali mengusili Yuni. Karena anak itu yang selalu diam, seperti tidak mau berteman dengan siapapun.

"Eaaa... Eaa.. Eaaa..." Riki kembali bersorak.

Mereka sontak tertawa kembali.

"Yak...." Teriak anak-anak tertahan saat melihat bola yang melambung tinggi.

"Yaaaa...." Sambung teriakan mereka saat bola basket kembali meleset dan tidak memasuki ring basket.

"Udah-udah diem dulu, biar cepat selesai, kalian jangan mengganggu." Ucap pak Ferdi melerai.

"Yuni, silahkan dimulai lagi."

"Pak ga bisa. Ini tinggi." Keluh Yuni.

"Loh, ya gimana. Kan semua juga sama. Ga ada tuh ring yang dipendekin." Jawab pak Ferdi.

"Mereka suruh pergi dulu."

"Udah cepetan. Gantian sama yang lain."

Lalu Yuni kembali berancang-ancang akan memasukan bola lagi. Dan akhirnya bola itu bisa masuk.

Olahraga selesai saat jam menunjukkan pukul 9. Mereka segera berganti seragam sekolah biasanya. Ada yang mandi, ada juga yang tidak.

Rayhan pergi ke kantin untuk membeli roti dan juga minuman. Lalu dia menuju ke UKS untuk menemui Nara.

"Permisi,"

"Eh." Nara terkejut saat ada orang yang masuk ke UKS.

"Gue kira siapa?!"

"Lah emang maunya siapa?" Tanya Rayhan.

"Ya ga gitu, gue kira anak kelas lain."

"Gimana kakinya? Masih sakit banget?"

Nara mengangguk. "Iya cenat-cenut gitu."

Rayhan mengelus kaki Nara yang ia luruskan di ranjang UKS. Lalu dia sedikit menekan mata kaki Nara, hingga menimbulkan teriakan gadis itu.

"Ih sakit!" Pekik Nara sambil memukul lengan Rayhan.

Rayhan tertawa. "Ini bengkak nih pasti."

"Lo jangan gitu!" Nara menatap kakinya yang terlihat memerah bahkan seperti sedikit membiru.

"Iya, pasti ntar juga sembuh." Ucap Rayhan sambil mengelus kakinya lagi.

Lalu Rayhan meletakkan barang yang ia bawa. "Nih makan dulu, kalo mau makanan yang berat gue bisa beliin lagi di kantin."

Rayhan membawa roti dan minuman dingin untuk Nara.

"Ih, ga usah ngerepotin aja. Makasih ya. Gue ga papa kali Ray, cuma kaki aja yang sakit." Katanya.

"Ntar ikut gue ya ke tukang pijit. Kalo keseleo ga dipijitin bisa ga sembuh-sembuh." Tutur Rayhan sambil memperhatikan kaki gadis itu lagi.

"Lo jangan nakut-nakutin gue. Dari tadi omongan Lo nakutin banget." Sungut Nara.

"Enggak, ini gue serius. Makanya ntar ikut gue ya. Gue ada kenalan kok orangnya baik." Ucap Rayhan.

"Aw, sakit banget gila!" Ringis Nara saat dia sedikit mengangkat kakinya. Dia pegal saat duduk dengan kaki terus selonjoran, tapi mau ditekuk juga sakit.

Rayhan hanya memperhatikan Nara. "Lagian mau ngapain sih?"

"Ray, Lo tau ga sakitnya kaya apa? Sumpah Ray Lo harus cobain. Ga kuat gue kalo sendirian." Ucap Nara sambil menatap Rayhan serius.

"Udah gila apa ya! Masa keseleo gue suruh nyobain?!" Rayhan menatap Nara dengan tatapan heran. Bisa-bisanya kepikiran nyuruh temennya nyobain?!

"Makanya nanti ikut gue ya. Dulu gue pernah tangan gue juga pernah keseleo. Terus dipijitin besoknya udah enakan." Sambung Rayhan.

Nara mengangguk setuju, karena dia juga merasa jika kakinya sangat sakit dan sulit untuk digerakkan.

"Gue takut kalo dimarahin mama deh." Ucap Nara lirih.

"Dimarahin kenapa?"

"Ya kaki gue sakit. Pasti ntar diomelin." Jawab Nara dengan cemberut.

"Ya enggak lah. Kan ini murni musibah, bukan dibuat-buat." Kata Rayhan. Nara hanya diam saja.

"Nih makan. Terus abis itu balik ke kelas, kasian gue liat Lo disini sendirian."

"Apa mau makan yang berat-berat sekalian? Gue beliin ya?" Tanya Rayhan saat Nara belum menyentuh roti yang ia bawa.

Nara menggeleng. "Ga usah ini aja. Makasih." Rayhan mengangguk.

"Temen-temen gue kemana sih Ray? Masa ga kesini nemenin gue?" Tanya Nara.

"Ada. Mereka masih di kantin, gue yang nyuruh mereka buat makan dulu. Kasian abis olahraga pasti capek." Jawab Rayhan.

Nara mengangguk. "Mau?" Tawarnya sambil membuka rotinya.

"Mau. Asalkan disuapin." Jawab Rayhan.

Nara memutar kedua bola matanya malas. "Itu sih maunya Lo!"

Rayhan tertawa. "Udah buruan. Bentar lagi masuk."

Nara kembali mengangguk dan memakan roti yang di bawa oleh Rayhan. Cowok menemani Nara hingga selesai makan.

°°°

Sepulang sekolah, Rayhan menemani Nara untuk pergi ke rumah Bu Ami, tukang pijit yang ia kenal.

"Silahkan masuk nak." Ajak Bu Ami. Rayhan dan Nara masuk.

"Kenapa ini? Jatuh?" Tanya Bu Ami sambil membantu menaikkan kaki Nara ke atas tempat tidur yang ada diruang tengah.

"Jatuh tadi Bu, pas olahraga disekolah." Jawab Rayhan. Nara hanya tersenyum tipis.

"Dijagain dong pacarnya. Biar ga jatuh." Goda Bu Ami pada Rayhan.

"Ya gimana Bu, mau dijagain kaya gimana kalo udah apes mah, ga bisa dihindari kan?" Jawab Rayhan.

Bu Ami terkekeh. "Jadi beneran pacarnya ini? Cantik banget loh." Pujinya sambil menatap Nara.

"Buk--"

"Doain aja Bu." Potong Rayhan sambil tersenyum menggoda Nara.

Lalu Bu Ami mulai memijat kaki Nara. Nara mencengkeram lengan Rayhan, rasanya sakit sekali.

"Ray sumpah Ray, ini sakit banget." Nara mendongak menatap Rayhan yang duduk dibelakangnya.

"Iya sebentar aja." Rayhan menggenggam tangan Nara yang berada di lengannya.

"Bu, pelan aja ya Bu." Ucap Rayhan. Dia kasian pada Nara, wajah gadis itu memerah.

Rayhan sedikit memeluk Nara. "Ray sakit." Lirih Nara.

Rayhan mengelus kepala Nara. "Iya sebentar ya. Nanti sembuh kok."

Setelah beberapa menit, akhirnya selesai. "Ini besok udah enakan, anak cantik. Nanti hati-hati ya."

Nara hanya mengangguk. Rayhan membantu Nara untuk berdiri. Setelah memberikan upah pada Bu Ami mereka langsung pamit pulang.

---

Sesampainya dirumah Nara, Rayhan ikut masuk, karena gadis itu masih sedikit kesulitan untuk berjalan.

"Assalamualaikum Mah!"

"Waalaikumsalam, sore banget pulangnya, kamu dari--- Heh! Nara kenapa nak?" Mamah berjalan dengan cepat untuk menghampiri Nara yang masih dipapah oleh Rayhan.

"Jatuh. Kakiku sakit." Jawab Nara dengan mata berkaca-kaca. Nara itu sebenarnya udah gapapa, tapi karena yang tanya mamanya, jadi cengeng deh.

"Ya ampun, ayo duduk dulu."

Lalu mereka duduk di sofa ruang tamu rumah Nara.

"Naranya jangan dimarahin ya Tante. Dia tadi ga sengaja jatuh pas olahraga disekolah." Ucap Rayhan.

"Aduh, Tante udah ga kepikiran mau marahin Nara. Liat dia jalan pincang aja, dipikiran Tante cuma khawatir aja isinya." Jawab Mama Nara sambil menatap Rayhan.

Rayhan tersenyum. "Kalo gitu saya pamit pulang ya Tante." Pamitnya.

"Makan dulu ya," ajak mama Nara.

Rayhan menggeleng, "Ga usah Tante. Udah sore juga soalnya. Nanti mami nyariin."

"Yaudah, makasih ya, udah nganterin Nara."

"Tadi Rayhan nganterin Nara pijit juga Mah. Minta tolong ganti uangnya dong Ma." Sambung Nara.

"Eh, ga usah Ra. Apa sih, orang cuma gitu doang." Tolak Rayhan cepat.

"Berapa nak, biar Tante ganti. Bentar ya---"

"Ga usah Tante. Ga papa, Rayhan emang mau nolongin Nara kok." Tolak Rayhan halus.

"Kalo gitu saya pulang ya." Pamitnya lagi.

"Yaudah, makasih ya. Mau diganti uangnya ga boleh, disuruh makan dulu ga mau."

Rayhan terkekeh. "Ga papa Tante. Nara kan temen saya sekolah juga, tolong menolong ga papa dong." Jawabnya.

"Yaudah Tante saya pulang dulu." Rayhan mencium tangan mama Nara lalu dia menatap Nara. "Gue pulang ya, cepet sembuh kakinya. Kalo besok masih sakit, izin dulu aja."

Nara mengangguk. "Makasih ya Ray, maaf ngerepotin."

"Santai aja sama gue mah. Gue pulang ya," Lalu Rayhan ganti menatap mama Nara. "Saya pamit Tante. Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam. Hati-hati ya nak, makasih juga."

Rayhan mengangguk dan tersenyum. Lalu dia pulang.

"Ganteng ih pacarnya."

"Temen itu Ma." Ucap Nara.

"Masa?" Goda mamanya.

"Iya ih, mending mama anterin Nara ke kamar aja. Aku mau tidur aja kayanya."

"Yaudah ayo. Lain kali hati-hati."

"Iyaaa."

Nara memang sudah hati-hati, tapi mau gimana lagi, katanya hari apes ga ada di kalender.