Ya..., kembar...!
Carren menggigit bibirnya.
Jadi perbuatannya jelas tidak bisa disalahkan!
Iya..., kan?
Tiada jawaban. Lagi-lagi Carren merasakan kesendiriannya.
Orang lain mungkin tidak dapat menerima alasannya. Mereka hanya akan menilainya dari hasil akhir saja. Ya..., dan hasil akhirnya adalah ia telah membunuh saudarinya sendiri. Bahwa ia telah membunuh Cassie. Orang lain benar-benar tidak mau tahu apa yang ada dalam pikirannya. Orang hanya mau mendengar apa yang ingin mereka dengar. Selebihnya tidak.
Ahh...., tapi apa peduliku dengan orang lain. Orang lain toh tidak pernah peduli padaku. Tidak pernah ada seorang pun yang mengunjungiku selama dua tahun terakhir ini.
Dua tahun yang lalu, ia sendirilah yang memutuskan untuk tidak akan pernah keluar dari kamarnya. Ia tidak mau ketika dirinya keluar, semua orang menyangkanya seorang monster.
Tapi bukan berarti ia tak mau dikunjungi oleh orang lain, kan?
Dan dilupakan...?!
Itu adalah hal yang sangat menyebalkan. Sejarahnya musnah. Hidupnya bagaikan selembar kertas yang terlipat ---dari ujung satu ke ujung satunya lagi. Dan cerita hidupnya adalah bagian tengah yang tertindih.
Orang-orang lain menikmati hidup mereka. Mereka semua berhubungan dengan orang-orang yang bisa mereka jumpai setiap harinya sesuka hati mereka. Setiap orang mengeruk keuntungan dengan menjadi teman bagi yang lainnya. Orang bodoh mendekati yang lebih pintar. Orang miskin berusaha menjadi sahabat si kaya dan pekerjaannya setiap hari adalah hanya menjilat atau berharap pada remahan makanan.
Dan tentunya itu tidak berlaku untuk sebaliknya.
Tidak akan ada yang tertarik berteman dengan dirinya. Monster berpenyakitan. Yang hanya dengan memandanginya saja bisa menghilangkan nafsu makan seharian.
Carren melirik ke arah Cassie. Matanya berair.
"Kamu kan yang melarang mereka untuk mengunjungiku?!?! Kamu yang ingin sengaja merenggut duniaku?? Kamu hanya ingin menjadi cantik untuk seorang diri saja??" batin Carren geram.
Cassie pastinya sengaja membuatnya benar-benar putus kontak dengan dunia luar.
Puihh....!!
Tiba-tiba Carren merasa muak. Ia benci dengan segalanya yang ada pada diri Cassie. Senyumnya, keanggunannya, dan kharismanya. Itu semua palsu!!! Cassie sengaja menciptakan persepsi yang baik tentang dirinya, sekaligus menguburkan keberadaan Carren secara perlahan. Ia membuat semua orang berpangkat padanya seorang. Dua tahun setelah itu, ia berhasil membuat orang-orang lupa akan keberadaan saudarinya yang tertimpa kemalangan. Lupa, bahwa sebenarnya masih ada Carren di sini.
Cassie-lah yang telah menimpa cerita hidupnya. Seolah-olah ia menjadi kutub utara, sedangkan Carren adalah kutub selatannya. Dengan pesonanya, ia menarik orang-orang untuk berpaling kepadanya. Seperti jarum kompas, dan tentunya ia tidak akan membiarkan orang lain sedikit pun untuk menoleh ke arah belakang.
Jahat!!!
Carren menatap mayat Cassie. Dingin tatapannya. Sebeku badai salju di Harbin.
"Memang, lebih kamu mati saja!!"
***
Assalamu 'alaikum wr. wb.
Bagaimana kabarmu? Aku harap kamu baik-baik saja. Juga teman-teman di Islamic Center. Aku kemarin mendapatkan surat dari rekan kita, Nurhaliza, katanya minggu depan akan ada seminar poligami, ya? Waaah tentunya akan ramai sekali! Aku kangen dengan kalian semua. Alhamdulillah, aku cukup baik disini, dan sudah mulai mendapatkan banyak teman. Tapi tetap saja aku kangen untuk berkumpul seperti dulu lagi. Oh... ya, kalau bertemu dengan Akhi Nico, tolong sampaikan salamku. Aku akan kirimkan kartu pos pesanannya secepatnya.
Mendengar berita itu, aku juga turut senang. Akhirnya Carren sebentar lagi akan dioperasi. Aku tahu, kamu sudah berusaha keras untuk mengumpulkan uang sebanyak itu. Dan kamu sengaja ingin membuatnya sebagai kejutan di hari ulang tahun kalian. Manis sekali....
Aku tahu, kamu merindukan saat-saat bersama dengannya --- seperti yang selalu kamu katakan padaku berulang kali. Tentunya kamu sangat tidak sabar menanti hari itu tiba. Waaahh...., aku sih mungkin tidak bisa merasakan perasaan sebenarnya selain hanya empati --- karena aku bukan anak kembar dan aku merasa ada ikatan yang istimewa antara anak kembar. Itu yang membuatku sulit untuk merasakan perasaan yang serupa.
Berulang kali Carren sudah membaca surat dari Asiyah untuk Cassie.
Hhhh..., gombal!!! Apa pun itu, aku tidak percaya denganmu lagi, Cassie!!!
Carren tahu, ini hanya akal-akalan Cassie saja. Agar orang-orang menganggapnya sebagai saudari yang sangat menyayangi dirinya. Saudarinya yang merasa hidupnya tidak berarti ini. Kemudian orang-orang itu berkomentar tentang betapa baik hatinya seorang Cassie.
Panas muka Carren.
Diremasnya surat itu. Belum puas, dicabik-cabiknya surat itu, kemudian dilemparkannya ke dalam keranjang sampah.
Operasi plastik..... Heh?!?! Sebaiknya kau hentikan tipuanmu itu, Cassie!!!
***
Carren menemukan formulir Freemasons Hospital atas nama dirinya di dalam tas kerjanya Cassie. Ia akan dioperasi tiga hari lagi. Semuanya sudah di bayar muka oleh Cassie. Carren tercekat ketika melihat jumlah nominal yang harus dibayarkan untuk biaya operasi itu.
Bukan main....
Carren menatap wajahnya di cermin kamar Cassie. Ia meraba bagian lukanya. Lusa wajahnya akan kembali seperti; Cantik dan segar. Ia akan bisa keluar rumah dengan bebas. Tidak ketakutan lagi ketika matahari menerpa wajahnya dan memperlihatkan wajahnya yang buruk ini. Ia sudah tidak perlu takut dirinya akan dicemooh. Atau panggilan dengan sebutan monster oleh gerombolan anak kecil yang sering berlian di ujung jalan.
Bukankah itu yang diinginkannya??
Carren mencoba tersenyum. Senyum yang kaku. Namun ada getaran yang menyentil saraf-saraf kebahagiaannya.
Apakah itu yang kuinginkan?
Carren bangkit, dengan perasaan yang sukar dilukiskan dengan kata-kata. Ia keluar dari dalam kamar Cassie. Jantungnya seakan menari-nari. Kegirangan bercampur ketegangan. Namun ketegangan yang menggairahkan.
Ia akan dioperasi. Tiga hari lagi!!
Siapa yang akan mempercayai hal itu??
Carren terlonjak. Ia menari-nari seperti anak kecil. Berlompatan ke sana kemari. Digerakkan kakinya dengan bebas, seperti seorang balerina. Melemaskan kembali otot-otot dan persendian yang selama ini berkarat oleh perasaan dukanya. Tubuhnya berputar-putar. Roknya berkibas membentuk lingkaran yang mengembang sempurna. Diangkatnya form di tangannya tinggi-tinggi.
"Eureka!!!!" teriaknya dalam hati.
Kebahagiaan ini terasa kekanak-kanakan.
Tapi siapa pula yang bisa mempercayai kalau ia segera akan dioperasi?
Carren meraba pipinya. Luka sialan ini akan segera hilang. Ia akan cantik seperti sediakala.
Langkah-langkah bahagia Carren memenuhi ruangan ini. Seakan setiap pijakan kakinya akan menumbuhkan bunga-bunga. Ia teringat akan cerita dongeng Putri Bunga yang diceritakan oleh Mamanya dulu ---yang ketika melangkah, dan tanah bekas pijakannya ditumbuhi teratai mungil lagi indah.
Carren melintasi ruang tamu kemudian ke ruang tengah. Ia menepuk sofa kesayangannya. Dan ia merasa bahwa hari-harinya yang membosankan di atas kursi sofanya akan segera berakhir. Dipandanginya wallpaper. Ia merasa warnanya terlalu menyedihkan. Kesunyian bukanlah kata yang sepadan dengan dirinya lagi. Ia berencana akan menggantinya dengan warna hijau muda atau mungkin merah ---yang lebih memberikan kesan ceria.
Ia kembali melintasi ruang tengah yang berseberangan langsung dengan kamar tidur Cassie.
Carren serta merta menghentikan langkahnya. Di depannya, pintu kamar mandi sedikit terbuka. Suara keran menetes sayup-sayup terdengar.
Muka ceria yang tadi menghiasi wajahnya, serta merta hilang. Dan ia hanya terpaku. Perasaannya saat ini bagaikan lukisan ekspresionisme tempat beradunya semua warna. Dan perasaan-perasaannya pun kini beradu dalam dadanya.
Carren hanya diam, tak lagi bergeming. Tidak ada satu kata pun yang dapat mewakili perasaannya.
Namun ia tahu, setidaknya sesuatu telah mengetuk pintu hatinya.
Cassie....?