"Jangan egois, Pa!"
"Ma, cepat pergi jangan hiraukan ucapan Papa tadi," suruh Anxel.
"Aku tak main-main." Lelaki itu bukanlah seorang yang Anxel kenal, dia jauh berbeda kini.
Dengan berat hati, dan lapang dada menerima apa yang akan terjadi ke depannya nanti, mama Anxel pun berani meninggalkan rumah itu.
"Ini waktunya untuk menebus kesalahanku yang dulu. Aku harap, dengan ini Juna bisa menganggapku layaknya ibu kandungnya sendiri, begitu juga dengan mantan suamiku," gumamnya.
Alex hendak mengejar, tertahan oleh putranya sendiri.
"Mau jadi anak durhaka kamu?"
"Terserah Papa mau bilang apa. Anxel akan tetap ada di tengah pintu ini," tekadnya.
"Apa yang ada di dalam pikiran kamu? Ibumu bersama lelaki lain, mau kamu rumah tangga Papa hancur!"
"Pikiran Papa ini terlalu berlebihan. Mama tidak akan setega itu meninggalkan kita. Bahkan dulu dia meninggalkan suami dan anaknya untuk Papa, harusnya jangan lupakan hal itu," cerca Anxel.