"Itu bukannya, Amira dan Anxel?"
Cuaca terik siang ini, ditambah dengan pemandangan yang Gerald lihat di depan matanya.
"Dia berani melanggar perjanjian yang saya buat," gumamnya.
Dengan kacamata hitam, yang baru dia kenakan, Gerald berjalan melintas di hadapan dua insan yang tengah bercanda di bangku itu. Langkahnya kembali mundur, begitu melewati mereka.
"Ekhem!"
Amira merasa pandangannya terganggu dengan kehadiran Gerald.
"Maaf, kamu siapa ya, tolong minggir sebentar," pintanya.
Anxel tak begitu memperhatikan, karena bermain handphone.
"Kamu lupa denganku, sayang?" Suara itu membuat Anxel langsung mendongak.
"Kamu gak lupa 'kan sama surat perjanjian ini?"
Anxel merebutnya dengan kasar, membaca semua poin yang tertera. Karena kesal, kertas itu disobek dan dilempar ke arah Gerald.
"Itu salinan, saya punya yang asli."
"Jadi, kamu lagi yang buat saya dan Amira hampir bercerai?"