Amira sudah menyiapkan sarapan untuk sang suami. Dirinya menunggu sang suami selesai membersihkan diri, untuk diajak makan bersama. Wanita itu nampak gugup, jantungnya berdetak semakin cepat. Tangannya mengetuk-ngetuk ke meja, seperti orang tengah berpikir berat. Rasa dalam dirinya seolah bercampur aduk, malu, senang, semua bercampur menjadi satu. Amira benar-benar belum bisa mengendalikan dirinya. Berulang kali wanita itu menarik napas untuk mengontrol diri, agar lebih tenang.
"Pllis, jangan kayak gini kontrol diri kamu Amira," geramnya pada diri sendiri.
Dia tak tahu, Anxel sudah berada di belakangnya sejak itu. Beberapa ucapannya barusan juga didengar oleh Anxel.
"Apa yang perlu dikontrol? Kamu sakit?" tanyanya dari arah belakang membuat Amira menoleh.
"Eh, sejak kapan kamu di situ?" Amira terlihat kebingungan.
"Baru saja. Kamu sakit? Wajahmu pucat sekarang," potongnya.
"Enggak, cuma sedikit pusing aja kok," jawabnya beralasan.