"Belum juga nikah, Dit." jawab Naya.
"Ya buktinya kaya gini, untung aja si Bryan gak macem-macem. Pokoknya kalau mau pergi kemana-mana ngomong dulu, dan jangan pernah bantah omongan gue yang ini." tekan Dito. Terpaksa Naya diam. Ia tahu bagaimana sahabatnya ketika marah, satu rumah pun bisa dibakar habis jika hatinya termakan amarah.
Keduanya terus mengobrol sambil menuruni anak tangga. Sejak tadi Nanta pun sudah ada di gendongannya, Dito lah yang memintanya untuk memberikan si jagoan karena Naya tidak boleh terlalu cape, katanya.
"Dit, tapi kenapa Lo tahu gue ada disini?" Naya memberanikan diri untuk bertanya. Padahal ia tahu jika Dito masih sedang dikuasai amarahnya.
"Bodyguard lah, siapa lagi."
Seketika kedua alis Naya mengernyit, "Bodyguard?! Siapa yang pasang bodyguard? Bukannya hanya Seno yang memberikan bodyguard untukku?"
"Mulai lagi membandingkan," ketus Dito tak suka.
