Naya yang melihat kegelisahan yang ada pada diri kedua mertuanya langsung bangkit dari duduknya. Ia menitipkan Nanta pada Asih, tapi ia tidak berbicara pada Fania karena Fania masih menghubungi Bram.
"Terpaksa aku harus menghubungi Dito." lirih Naya.
Dengan cepat jarinya menari di atas layar tipis yang bercahaya. Kedua matanya tidak selaras dengan hatinya. Kedua matanya ingin segera menemukan kontak Dito, namun hatinya, tidak mengizinkan itu terjaid karena apa yang lakukan sekarang hanya akan membuat urusan bersama Dito berkelanjutan. Sedangkan, persoalan yang tadi saja ia belum bisa menyelesaikannya. Terus sekarang ia ingin meminta bantuan? Mustahil bagi Dito menuritinya.
"Dito, Dito. Plis jangan matiin dulu sambungan teleponnya. Gue mau minta tolong sama Lo." cemas Naya yang takut jika dirinya diabaikan dan panggilannya langsung dimatikan.
"Hmm?" Hanya itu yang Dito ucapkan.