Saat hendak mengembalikan jagoannya, tiba-tiba Fania datang dengan wajah yang sudah tertekuk. Kedua matanya merah memendam amarah. Sedangkan Bram hanya tertunduk mengekori istrinya yang terus mendekati Seno.
"Kenapa kamu gak bilang kalau kamu sakit, Seno?" tanya Fania to the point.
Deg!
Apa-apaan ini? Bukannya Seno sudah meminta kepada Rafael dan Dito agar tidak menceritakan penyakitnya? Tapi kenapa sekarang ibunya bisa tahu? Dengan berat hati Seno berpura-pura tidak tahu apa yang dimaksud mamanya itu. Bahkan dengan santainya ia tersenyum sambil mengucapkan kata-kata yang manis pada anaknya.
"Cukup, Seno! CUKUP! Jangan berdrama lagi. Kenapa kamu seperti i … ni? Hah?! KENAPA?!!" teriak Fania tidak bisa mengontrol amarahnya sendiri. Dadanya sudah semakin terasa sesak dan nafasnya jadi terhimpit.