"Papi! Jahat banget sih kamu, dengan mudahnya kamu menerima jika aku menceraikan kamu. Kamu gak cinta lagi ya sama aku, aku ini istrimu Pi." omel Fania saat panggilan teleponnya di loudspeaker-kan oleh Bram.
Bram menyembunyikan tawanya dari Fania, begitupun Naya dan Seno yang tersenyum melihat ekspresi wajah Bram yang sangat lucu. Mereka optimis jika cara ini akan berhasil, menarik Fania untuk pulang tanpa mengancam ataupun menggunakan kekerasan. Seno jadi merasa bangga sama papanya yang sudah berpikir cerdas, plan sesuai dengan kenyataan.
"Mi, bukan jahat. Justru kamu yang jahat sama papi, bisa-bisanya kamu tinggal di tempat orang lain sedangkan aku tidak memberimu izin. Kita sudah menikah puluhan tahun, mi. Kamu lupa jika aku ini adalah cinta pertama dan terakhirmu?!" Bram sedikit meluncurkan gombalannya. Membuat Naya dan Seno semakin kembali saling tatap.