"Istriku, masih mau seperti ini kah? Berlayar tanpa arah."
Seno yang sudah merasa bosan hanya bisa melipatkan kedua tangannya di bawah kepalanya sambil menatap langit-langit kamar, mereka berdua masih berada di atas kasur karena Naya yang enggan pergi kemana-mana.
"Seharusnya jadwal kita ke pulau padar sekarang, di sana kita bisa berfoto ria. Mengabadikan momen romantis yang tidak pernah dilakukan sebelumnya." Seno terus mengoceh tanpa direspon Naya. Meskipun begitu, ia tetap tidak akan menyerah untuk membujuk Naya agar mau bergerak dari kemalasannya. Mungkin bukan malas, lebih tepatnya Naya memiliki alasan untuk itu.