"Hah gila, hampir aja nyawa gue melayang." jantung Dito berdegup kencang.
"Hati-hati mas," tegur si penumpang.
Di pagi harinya,
Mood Mauren terlihat lebih baik dari kemarin, Naya akan bekerja dengan semangat hari ini. Ia tidak akan memperdulikan lagi ucapan Syeril, ataupun meresponnya meskipun satu kata.
"Gue semalam hampir tabrakan Nay, gila ya Lo. Gara-gara Lo gue hampir celaka," omel Dito saat mengendarai motornya.
"Hah?! Ko gue yang disalahin sih? Tadinya gue mau peduli pas denger Lo mau tabrakan, tapi tau gini gue gak jadi pedulinya." ketus Naya.
"Iya maaf, lagian pas ngojek semalem tiba-tiba muka Lo masuk ke otak gue. Ngapain sih Lo masuk tiba-tiba?"
Naya mengernyitkan kedua alisnya, ia pun tidak tau kenapa bayangan Dito semalam jadi seperti itu.
"Tau ah, fokus nyetir aja udah." suruh Naya tak mau memperpanjang topik pembicaraannya pagi ini.
Lama di perjalanan, Naya dan Dito sampai dengan selamat. Naya memberikan helmnya dan pergi begitu saja.
"Nay!!" panggil Dito menghentikan langkahnya, lalu Naya pun membalikkan badannya.
"Gak ngomong apa-apa gitu? Gue mau nyari kerja nih, masa gak ada kata penyemangat dari sahabat sendiri." Dito memainkan jarinya di atas helm, sehingga mengeluarkan bunyi yang tak enak didengar.
"Semangat ya!" Naya memberikan senyuman tipisnya, lalu melangkah lagi masuk ke dalam.
Dito melebarkan bibirnya malas, Naya benar-benar membuat Dito kesal. Tapi kekesalannya itulah yang menyadarkan Dito untuk terus ada di saat Naya membutuhkannya. Dito pun pergi dan mulai mencari pekerjaan di bengkel-bengkel besar.
"Eh mama muda udah datang niii, dianter calon suaminya ya?? Lain kali jangan jutek-jutek ya sama calon suami sendiri, nanti calon suaminya malah kabur lagi. Adek kecilnya kan jadi kasian!" ledek Syeril saat Naya tiba di dapur.
Naya tak merespon, ia hanya memberikan senyuman menyungging yang tak pernah ia berikan kepada siapapun.
"Sabar Nay, sabar!" batin Naya.
Naya pun pergi dari dapur tanpa berbicara kepada Syeril, tatapan datar ke depan membuat siapapun yang melihat enggan bertanya kepada Naya.
"Kamu gak nangis lagi Mauren! Hebat! Semoga besok dan seterusnya mood kamu baik ya," ucap Naya saat dirinya menyelesaikan tugasnya membersihkan meja-meja pelanggan.
***
"Nay, ini ada sayuran dari mami gue. Sore ini gue juga makan di rumah Lo ya, ingat masak yang enak!" titah Dito saat di perjalanan pulang.
"Heh, sejak kapan Lo manggil Ibu Lo jadi mami? Perasaan dari dulu panggilannya Ibu deh, ko jadi mami sih?! Terus siang ini Lo gak langsung ngojek apa?" tanya Naya balik.
Terlihat deretan gigi yang rapi dari kaca spion motor, Naya ikut menyengir melihat ekspresi Dito. "Jawab! Bukan nyengir." tegur Naya, ia meminta jawaban.
"Gue mau rubah nama panggilan mami gue dari sekarang, jadi pas nanti gue jadi orang kaya gak canggung lagi gitu. Hhha, boleh kan Nay?!" Dito meminta pendapat.
Dengan cepat Naya menjawab, "Ko minta pendapat gue?! Terserah Lo aja deh, gue ngikut aja."
"Ngikut ke mana?"
"Ngikut apa mau Lo!"
Dito pun tertawa sampai motor bebeknya hampir terjatuh, beruntung ia menahan dengan kedua kakinya. Tanpa ragu Naya menepuk pundak Dito dengan keras, mereka tertawa bersama karena kejadian barusan.
"Oh iya, tadi katanya mau makan siang di rumah gue. Emang Lo gak ngojek?" Naya mengulang pertanyaannya.
"Gak langsung ngojek, gue mau nyobain masakan Lo dulu. Katanya Lo pengen jadi chef, gue tantang siang ini Lo masak yang enak buat gue." ucap Dito menantang.
"Iya, oke, baik anak mami. Gue masakin buat Lo, special buat anak mami!" ledek Naya sambil mengangkat jarinya membentuk bulatan.
Dito pun memasang wajah songong yang tak pernah dilihat oleh Naya sebelumnya, Naya benar-benar berpikir kalau Dito semakin berubah. Sikapnya yang dulu sangat polos dan tidak banyak tingkah, tapi setelah lulus sekolah sikapnya menjadi sembrawut dan banyak tingkah.
Setelah sampai di kosan, Naya langsung membawa bahan masakannya ke dapur. Ia menitipkan Mauren pada Dito yang selalu bahagia jika bermain bersama Mauren, hal ini menjadi keringanan bagi Naya karena pekerjaannya menjadi sedikit terbantu.
"Masak apa nih?!" tanya Dito sambil menggendong Mauren.
"Emm... ini kan ada cumi, jagung muda, buncis, wortel, kapri, kol, bakso sapi, jamur merang, jamur kuping, sama bumbu-bumbu pelengkap. Jadi aku mau bikin dua menu! Menu pertama aku bikin cap cay biasa, yang special aku bikin cumi jagung muda. Gimana??" Naya menatap Dito.
"Emmm boleh juga ide Lo! Gue emang paling suka ama si cumi noh, jadi gue harap Lo masak cumi jagung tuanya.." ucapan Diti terpotong oleh Naya, "Cumi jagung muda Dit!!" Naya kesal.
Dito pun menyengir, "Iya itu maksudnya Nay, hha. Pokonya masak cuminya yang enak dah, Gue pantau dari sini sambil gendong si cantik!"
Dengan cepat Naya mengangguk dan mulai memasak. Pertama Naya menyiapkan bumbunya terlebih dahulu, mengiris 1 siung bawang putih, 1 buah daun bawang, menyiapkan kecap ikan setengah sdm, saus tiram setengah sdm, minyak wijen setengah sdt, tepung sagu setengah sdm, air setengah gelas, garam, dan lada secukupnya.
Kedua Naya mengiris kol, 1 buah jagung muda, 4 buah jagung merang, 50 gr jamur kuping, 2 buah bakso sapi, 1 ekor cumi, 50 gr wortel.
Terakhir Naya mencampurkan semua bahan, mulai dari menumis bumbu hingga memasukkan semua sayur dan cumi yang tadi dipotong.
"Lo gak pake daging ayam gitu masak cap caynya?? Biasanya kan lebih enak pake daging ayam," ucap Dito yang sedang duduk di lantai sambil menggendong Mauren.
Dengan cepat Naya membalikkan badannya, "Iya kalau ada daging ayam itu porsi specialnya, kan kita budgetnya gak ada. Ini pun dikasih Ibu, eh maksud gue... dikasih mami Lo!"
Dito mengangguk sadar, dengan itu ia akan berusaha mencari pekerjaan lagi agar bisa makan dengan enak. Pencarian kerja akan dilanjutkan setelah makan di kosan Naya sambil mengojek, ia pun akan mencari pekerjaan ke jalan-jalan yang belum pernah ia lewati sebelumnya.
"Menu pertama jadi deh!!" Naya menyelesaikan tahap terkahir yang mengejutkan Dito, masakannya sangat wangi dan disajikan ala restoran ternama.
"Inimah bukan sembarang cap cay Nay!!" Dito bangkit dan mendekat ke arah masakan Naya yang pertama, matanya berbinar pertanda ia terpukau.
"Mmmmmm, Gue kasih nama cap cay di luar dugaan!!" ucap Dito antusias.
Naya terkekeh dengan nama yang dibuat oleh Dito, nama yang menurutnya konyol dan tidak pernah terdengar sebelumnya.
"Udah cepet masak menu yang kedua, Gue gak sabar pengen makan menu yang lebih special." titah Dito sambil mendentingkan sendok ke piring kosong.
Treng...
Suara spatula dan wajan beradu pertanda Naya siap masak menu yang kedua, menu yang sangat special untuk Dito sang sahabat.