Fania tidak bisa memaafkan Bram. Meskipun ia bercanda, tapi rasanya seperti nyata. Dengan langkah yang cepat Fania pergi ke kamarnya, meninggalakan Naya, Seno, dan Bram yang bingung dengan kelanjutannya akan seperti apa.
"Pa, plis lah. Jangan lagi berdrama seperti ini. Momen kebahagiaannya kan jadi terpotong. Padahal besok kita sudah pulang lagi ke Indonesia."
"Heh, Seno. Siapa yang rela lihat Naya ditampar seperti tadi? Meskipun itu istri papa, tapi papa tidak rela. Ya papa luapkan emosi papa dengan drama ini. Jadi kan emosi tetap tersampaikan, dan perminta maafan pun bisa diterima dengan cepat." jawab Bram dengan tatapannya yang tidak lagi seseram tadi.
"Emang kamu enggak kesal gitu?" lanjutnya bertanya.
"Kesal, pah. Tapi juga gak sampai bikin Mama nangis. Sekarang gimana coba nenanginnya? Papa pasti disuruh tidur di luar karena mama gak mau lihat papa lagi."