Mereka pun melanjutkan perjalanannya. Melangkah menatap bangunan tua yang sudah tak berpenghuni. Tidak hanya satu atau dua saja, melainkan puluhan bahkan Naya tak bisa menghitungnya.
Seno tidak melepaskan tangan Naya, ia tetap menggenggamnya hingga mereka masuk ke sebuah rumah yang mana rumah itu dulunya sebagai tempat pembuatan lilin. Mirna dan Nemi mengekori keduanya, mereka ingin melihat suasana di dalam rumah pembuat lilin tersebut. Mereka melihat itu sambil menggendong Mauren dan Zaina. Sedangkan Ranti, hanya menggendong tas Naya yang berisi handphone juga beberapa barang penting lainnya.
"Ternyata rumahnya tak jauh beda dari rumah tua yang ada di Indonesia, ya." ucap Nemi.
Naya yang mendengar ucapan Nemi mengangguk setuju, bahkan jika dilihat dari ukurannya pun hampir sama. Lantas ia teringat dengan rumahnya yang sekarang masih ditinggali oleh Daris. Rumahnya persis seperti itu, ruang tamu yang ukurannya sama dengan ruang tamunya di Indonesia.