"Mama? Kopernya ko dikeluarin lagi?" Bianca terheran-heran ketika Fania mendorong kopernya keluar kamar.
Di sana Bram hanya menatap saja dengan ujung matanya, ia tidak mau ikut menjawab atau bahkan menjelaskan apa yang sudah menjadi keputusannya. Ia memilih untuk berlalu tanpa berpamitan pada kedua wanita yang ada di sampingnya. Urusan yang urgent di rumahnya sudah terselesaikan, kemudian ia akan kembali ke kantor dan menyelesaikan kewajibannya yang lain.
Menjawab pertanyaan Bianca, Fania menarik tangannya dan membawanya ke kamar. Ia mendudukannya di atas kasur sambil menatap wajahnya dengan sendu.
"Bianca, maafkan mama, ya. Papi Bram tidak memberi izin kamu tinggal di sini, jadi maafkan mama ya sekali lagi."