Chereads / Chef Cobek / Chapter 18 - SENO SI PRIA TAMPAN

Chapter 18 - SENO SI PRIA TAMPAN

Naya tersungkur Lemah, ia kembali menangis melihat cobeknya digondol ayahnya sendiri. Momen bersama ibunya seakan hilang ditelan monster yang menakutkan, hatinya pun tak tenang ditinggalkan cobek kesayangan.

Tak lama dari itu ia berlari ke kamar, meluapkan segala kesedihannya. Ditambah ia merasa malu akan kejadian barusan. Dito membiarkan Naya, ia paham jika Naya begitu merasa malu atas kejadian yang baru saja terjadi.

Dito memikirkan penyebab ayah Naya meminta cobek itu dengan sangat kasar dan sudah termasuk pemaksaan. Dito mencari penyebab dari itu semua, ia membuka situs web dan mulai mencari harga cobek yang mirip seperti cobek peninggalan ibu Naya.

"Gak ada yang aneh, harga cobek di pasaran masih stabil!" batin Dito.

Tapi sesaat kemudian matanya dikejutkan dengan pengumuman di poster yang mengatakan jika ada seorang pria kaya sedang mencari cobek tua dengan tanda ada huruf CN di bawah cobeknya. Itu berarti cobek Naya lah yang memang sedang diincar si pria kaya ini.

Melihat itu Dito langsung mendekati kamar Naya dan mengetuk pintunya agar Naya keluar. 

"Gak mau!" tolak Naya.

"Plis Nay, ini ada yang lebih penting lagi!" teriak Dito.

"Gue malu, Lo udah liat rambut gue. Gue lagi bener-bener kacau sekarang!" Jawab Naya.

"Tenang, gue cuma liat sekilas ko. Lagian itu musibah bukan disengaja!" Dito berusaha menenangkan dan meyakinkan, kemudian ia berucap lagi, " Ayolah Nay, ada yang lebih penting ini. Kekacauanmu akan hilang!" bujuknya.

Mendengar itu Naya langsung membuka pintu dan mengerucutkan bibirnya tepat di hadapan Dito. Kini mereka berhadapan dengan jarak yang lumayan dekat, tapi Naya tak menganggap apapun itu.

"Ko gue ngerasa Naya kaya anak kecil ya kalau lagi cemberut gini?!" batin Dito.

"Katanya ada yang lebih penting, mana?!" 

Sontak Dito kembali sadar dan menjawab dengan sedikit gugup. Ia langsung duduk di kursi dan diikuti oleh Nay. Dito menunjukkan poster pencarian cobek ajaib dengan tanda CN. Naya ikut berpikir, siapa yang sudah menyebarkan keajaiban semalam? Saat cobek Naya pecah, lalu bisa utuh kembali.

"Jangan-jangan Syeril?!" tuduh Dito.

Naya langsung melempar handphonenya pada Dito, tatapannya sinis melarang Dito untuk menuduh seseorang tanpa bukti. Tapi Dito langsung meminta agar Naya berpikir logis, hanya Syeril lah yang ada di dapur saat cobek itu pecah, dan Syeril juga lah yang membuat cobek itu pecah.

Naya kembali berpikir, sepertinya Naya mulai percaya jika pelakunya adalah Syeril. 

"Pantesan ayah sangat menginginkan cobek itu," keluh Naya dengan suaranya yang parau.

"Tega sekali ayah, demi uang ia rela membuka aurat anaknya sendiri tadi." lanjutnya.

Tanpa berpikir lama Dito langsung memberikan Mauren pada Naya, ia akan segera kembali dengan kebenaran dari Syeril.

Sepulangnya dari tempat kerja Syeril yang mana itu juga mantan tempat kerja Naya, Dito menceritakan jika memang Syeril lah yang menyebarkan kabar itu. Orang-orang kalangan atas mencari keberadaan cobek bertanda CN agar usaha mereka lebih baik dan laku keras.

Ini menjadi hal yang sangat disayangkan oleh Naya, ia takut jika dirinya pembawa kemusyrikan. Ia takut orang-orang dari kalangan atas itu semakin percaya akan keajaiban cobek dan melupakan yang seharusnya diyakini.

"Terus sekarang kita harus gimana?!" tanya Naya panik.

"Sekarang kita pergi ke rumah kamu, kita ambil lagi cobek itu bagaimana pun caranya!" Dito sedikit mengeraskan suaranya.

Meskipun ragu, Naya tetap mengikuti saran Dito. Ia berharap keraguannya bisa hilang dan cobek itu bisa didapatkan. 

Setibanya di rumah Naya, mereka melihat barang-barang baru yang diturunkan oleh beberapa orang pria dari mobil pick up. Naya langsung masuk dan meminta agar cobeknya dikembalikan.

Daris yang sedang mengobrol dengan beberapa orang langsung melotot dan berdiri menyeimbangi tinggi Naya. Salah satu pria tua melihat Naya dengan antusias, dia Bibon. Sahabat Dari yang hendak dijodohkan dengan Naya tapi tidak jadi.

Tanpa merespon panggilan Bibon pada anaknya, Daris langsung menarik lengan Naya dan menyeretnya keluar rumah.

"Berani-beraninya ya kamu! Masuk nyelonong minta cobek, gak sopan lagi ada tamu juga." omel Daris.

Naya tak memperdulikannya, padahal ia telah mengucap salam sebelum masuk.

"Heh anak so suci, kamu udah saya larang masuk ke rumah ini lagi ya! Masih berani aja." deliknya.

"Naya hanya ingin mengambil cobek Naya, itu peninggalan ibu buat Naya. Lagian ayah gak suka kan sama masak-masak, buat apa cobek itu diambil?!" pancing Naya.

"Berani ya kamu nyolot sama orang tua! Cobek itu udah dijual! Liat barang-barang baru ini. Kulkas, mesin cuci, tv, meja, kursi. Dari mana?! Dari uang hasil jual cobek, emang kamu pikir dari mana?!" 

Naya terkejut, ternyata cobek miliknya sudah dijual. 

"Sangat cepat sekali cobek itu terjualnya." batin Naya.

Dito masih menunggu dan memantau dari motor, ia akan datang jika suasananya tidak baik.

Naya bertanya kepada siapa ayahnya menjual cobek itu, tapi Daris tidak memberi tau kepada siapa cobek itu dijual. Dengan begitu Naya langsung masuk dan bertanya kepada beberapa orang pria yang ada di dalam rumah. 

"Aku!" Jawab pria paling muda diantara pria-pria tua lainnya. Umurnya kisaran 32 tahunan.

"Tolong kembalikan cobek itu, karena tidak ada izin dari pemiliknya!" tekan Naya.

Daris masuk dan berusaha menghentikan aksi Naya, tapi pria muda tadi menghentikan Daris. "Biarkan dia bicara!" titahnya.

"Tapi pak Seno … " ucapan Daris terhenti saat pria bernama Seno mengangkat tangan kanannya.

Melihat tangan pria muda itu terangkat yang berarti untuk menghentikan dirinya, Daris langsung menurut dan duduk seperti semula. Ia terus menatap Naya dengan penuh kebencian.

"Kenapa aku harus mengembalikan cobek itu?!" tanya Seno.

"Karena itu milikku, peninggalan ibu satu-satunya yang harus aku jaga dan rawat!" ucap Naya penuh dengan keberanian. Nampaknya Naya jadi tidak terlihat loyo dan halus lagi, sekarang ia lebih percaya diri dan pemberani.

Seno ini menatap Naya dari atas hingga bawah, entah apa yang ada di pikirannya. Lalu ia melirik ke arah Daris dan tersenyum menyeringai. Daris sudah paham apa yang dimaksud Seno, meskipun baru dikenal, Daris tau sifat dari laki-laki.

"Jangan menatapku seperti itu, kembalikan Cobekku sekarang!" pintanya.

"Ah, baiklah-baiklah. Kamu bisa mengambil cobek itu, di rumahku!" ucap Seno sambil menatap Naya dengan tatapan yang menyelipkan arti yang tak bisa ditebak oleh Naya sendiri.

"Baiklah, akanku dapatkan cobek itu!" tekan Naya.

"Oke! Ikut aku ke rumah sekarang!" Seno menarik tangan Naya, spontan Naya langsung melepaskannya. Ia menekankan kalau Seno tidak boleh menyentuhnya.

"Baiklah-baiklah." Seno menyeringai.

"Naya, bukannya kamu dijodohkan denganku? Kita menikah sekarang!" teriak Bibon yang langsung mendapat delikan dari Naya.

Daris pun tak bisa apa-apa, Seno lebih kaya dari Bibon. Sehingga ia tidak melarang Seno untuk mengambil Naya.

"Siapa pria tampan itu?!" tanya Dito penasaran saat Seno berjalan diikuti oleh Naya.