"Jangan pergi lagi," pinta Naya dengan lirih. Ia memeluk Seno dengan erat karena takut kejadian buruk tadi siang terulang kembali.
Di atas brangkar rumah sakit Seno berbaring bersama Naya, ia pun tersenyum merespon Naya yang enggan ditinggalkan. "Aku akan tetap ada disampingmu, Naya." Seno berani melakukan ini karena ia benar-benar khawatir jika sesuatu hal terjadi pada istrinya. Jika ia lengah sedikit saja, orang-orang yang ingin mencelakainya akan datang tanpa hambatan.
Pelukan Naya tidak sampai di malam itu saja, tapi merambat bahkan ketika Seno sedang bekerja di atas brangkarnya. Seno sengaja meminta kepada sekretarisnya untuk membawakan laptopnya, dan ia pun mengawasi semua kinerja karyawannya dari rumah sakit.
Di keesokan harinya Fania datang ke ruangan Naya, ia mengatakan jika Naya boleh pulang dengan alasan harus terjaga. Dimulai dari makanan yang ia makan, lingkungan sekitar, dan tidak boleh banyak pikiran yang dapat membuat kondisinya melemah.