"Heh, mau aku bagaimana?"
"Ya kamu pokoknya."
"Mananya?"
Rigel tersenyum karena Leandra seolah semakin memancing.
"Pipi deh."
Leandra membelalakan matanya.
"Kamu juga punya ngapain harus punyaku."
"Memangnya kamu bisa cium pipimu sendiri?"
"Ya e—nggak juga sih, ah yang lain ngapa sih."
"Bibir, tangan atau terserah deh."
"Hah! Kamu ngaco nih, jangan aneh-aneh, atau aku kasih uang?"
"Aku punya sendiri."
"Ah kamu ngeselin banget sih, aku juga berhutang sama kamu."
"Hutang apaan?"
"Itu tugasku, ya cepetan aku telat nanti masuk kelasnya, kamu mau apa?"
"Ya sana masuk kelas saja."
Leandra mencondongkan wajahnya ke samping tentunya arah Rigel.
"Kamu ngapain?"
"Ini pipiku mau kamu anggurin?"
Tanpa menjawab pertanyaan Leandra, Rigel segera mencium pipi Leandra dengan lembut.
"Sudah kan, puas kamu!"
Rigel tersenyum.
"Belum."
"Wah apa-apaan manusia satu ini, aku ke kelas dulu, makasih."
Leandra keluar dari mobil tersebut namun Rigel memanggilnya.