Chereads / Dokter Tampanku / Chapter 5 - Sah!

Chapter 5 - Sah!

Rigel Oceano Khevandra adalah laki-laki yang akan menjadi suami Leandra. Ia kini berprofesi sebagai dokter muda walaupun masih berusia 27 tahun, karena kepintarannya ia dapat menyelesaikan dengan cepat. Namun, saat ini ia masih menempuh pendidikan untuk menjadi dokter speasialis bedah saraf.

"Turunlah, kita sudah sampai."

Rigel segera keluar dari mobil dan berjalan ke dalam toko tanpa menunggu Leandra.

Leandra menghembuskan napasnya dengan berat dan kesal.

'Itu manusia apa kulkas sih, enggak bisa apa ramah sedikit.'

Leandra yang kesal pun mengikuti langkahnya ke dalam toko tersebut.

"Teh, bisa ambilkan pesanan atas nama Keluarga Nivetha dan Oceano?" tanya Rigel pada pelayan toko tersebut.

"What! Sudah dipesan? Kapan sih kok bisa secepat ini."

"Ibumu dan Ibuku sudah menyiapkan semuanya," jawab Rigel.

"Ini pesanan baju pernikahannya, ini aa' sama teteh calon pengantinnya 'kan?"

Rigel menganggukkan kepalanya.

"Dicoba saja di dalam, nanti kalau ada yang masih kurang bisa diperbaiki."

Akhirnya mereka masuk ke ruang ganti di dalam dan mencobanya. Beruntungnya baju yang sudah dipesan sangatlah pas dan tampak bagus sekali.

Setelah fitting baju selesai mereka kini menuju toko perhiasan untuk membeli perhiasan Leandra. Mereka membelinya di mall, tentunya pada toko yang sudah terpercaya.

"Ini sudah dipesan Ibu juga?" tanya Leandra penasaran.

"Belum, kamu disuruh memilih. Pilihlah."

"Aku enggak suka pakai perhiasan."

"Ya kamu pilih saja, setelah menikah nanti disimpan saja."

Akhirnya Leandra memilih satu cincin emas tersebut.

"Sudah yang ini," seraya menunjuk cincin tersebut.

""Pilih sepasang untuk tukar cincin."

"Hah, ada juga?"

"Ini sesuai rangkaian acaranya, aku enggak tahu yang jelas ikuti mau mereka saja."

"Tetapi ini harus dipakai dong, nanti kalau teman-temanku lihat bagaimana?"

Rigel melihat-melihat cincin yang berpasangan dan pandangannya tertuju pada sepasang cincin kokka.

"Bang, bisa lihat cincin kokka ini," seraya menunjuk cincin koka tersebut.

"Pakai ini saja, lagian enggak kelihatan seperti cincin pernikahan kok."

Akhirnya Leandra menyetujui dan mencobanya. Kini masalah perhiasan telah selesai. Karena siang itu sudah waktunya makan siang maka Rigel mengajak Leandra makan siang dahulu sebelum pulang.

"Mau ke mana lagi?" tanya Leandra.

"Makan."

"Enggak usah, pulang saja."

"Ini sudah hampir sore, kamu belum makan siang. Kalau mati yang disalahkan siapa?"

"WAW! Mati? Sarkas banget sih. Terserah deh apa mau kamu."

Leandra begitu kesal dengan apa yang dikatakan oleh Rigel ia berjalan mendahului Rigel padahal belum tahu akan makan di mana. Setelah berjalan mendahuluinya, Leandra berhenti.

"Makan di mana?" tanya Leandra.

Rigel tidak menjawab apapun melainkan berjalan mendahului Leandra. Apa boleh buat Leandra hanya bisa mengikuti langkah Rigel saja. Hingga akhirnya sampai pada suatu restoran. Mereka memesan makanan dan makan siang yang terlambat bersama.

"Aku mau tanya lagi," ucap Leandra pada Rigel yang sudah siap makan siang.

"Habiskan dulu makananmu baru bertanya."

Segera Leandra menghabiskan makanan di dalam mulut dan juga piring tersebut.

"Gila ribet banget sih mau bicara sama kamu."

"Kalau tersedak nanti bahaya, apalagi yang mau kamu tanyakan?"

"Kenapa menerima perjodohan ini?"

"Aku sudah bilang tadi, sekarang kamu enggak perlu tahu apa itu alasannya."

"Enggak bisa gitu dong, kamu tahu kenapa aku enggak?"

"Bukan enggak boleh tepatnya belum, nanti juga aku kasih tahu apa alasannya."

"Kapan? Nunggu kamu nikahin aku dulu? Iya? Atau nunggu punya anak dulu?"

"Oh kamu sudah mau punya anak?"

"Hah! Apaan sih kamu."

"Loh kamu sendiri yang bilang seperti itu."

Leandra mendengus kesal.

"Ada yang mau kamu beli lagi?"

"Enggak," jawab Leandra singkat.

Setelah selesai makan, membeli perhiasan dan fitting baju kini Rigel mengantarkan pulang Leandra kembali. Sebelum itu Rigel membeli beberapa makanan ringan seperti yang ia ketahui apa saja kesukaan calon istrinya melaui Ibu Leandra.

"Kamu mau ke mana?"

"Tunggu saja di mobil dulu, ada yang lupa."

10 menit kemudian Rigel kembali. Ia masuk ke dalam mobil seraya memberikan satu paperbag pada Leandra.

"Apaan?"

"Bawa pulang saja, kalau kamu enggak suka kasih saja sama Ibumu atau Leonal."

Leandra enggan membuka apa yang sebenarnya di dalam paperbag tersebut. Kini Leandra diantarkan ke rumah dan ketika sampai di rumah, Leandra membuka tasnya untuk mengeluarkan uang.

"Nih ganti uang makan tadi," seraya memberikan uang dua lembar lima puluh ribu.

"Simpan untuk uang jajanmu besok saja."

"Oh enggak mau ya? Okay aku masukan ke dompet lagi," segera ia masukkan kembali uang tersebut dan keluar dari mobil.

Rigel menggelengkan kepalanya seraya sedikit tersenyum karena tingkah Leandra.

"Loh enggak mampir dulu nak Rigel?"

Rigel keluar dari mobil tersebut bersalaman dengan Ibu Leandra.

"Enggak usah, Bu. Sudah sore soalnya setelah ini mau ke rumah sakit."

"Wah rajin banget, ya sudah kalau begitu terima kasih dan hati-hati ya."

Rigel menundukkan kepalanya dan bersalaman kembali untuk berpamitan.

Leandra segera masuk ke dalam rumah tanpa menunggu Rigel berpamitan. Ia sudah sangat malas sekali melihat wajahnya. Ia mulai masuk ke dalam kamarnya dan melihat kelender di meja belajarnya. Tinggal menghitung hari lagi ia akan menjadi seorang istri. Semua kelengkapan pernikahan ternyata sudah begitu matang dipersiapkan kedua orang tuanya dan orang tua Rigel.

Leandra teringat paperbag yang ia letakkan di atas mejanya, awalnya ia ingin memberikan pada Leonal tetapi ia penasaran apa di dalamnya hingga ia membukanya. Tanpa sengaja ada lukisan senyum pada bibirnya.

'Sudah dingin, cuek, ngeselin tetapi perhatian juga.'

Namun, Leandra tersadar akan ucapannya 'eh apaan sih, kok jadi gini. Enggak ada rasa suka untuk alasan apapun itu Leandra sadar!'

Ia menyadarkan dirinya sendiri namun tetap saja ia melahap makanan ringan yang dibelikan oleh Rigel tersebut.

*****

Hari berlalu begitu cepat bahkan lebih cepat sekali bagi Leandra, akan tetapi sebenarnya sama saja. Tidak ada waktu yang berbeda. Kini hanya tinggal menghitung jam saja acara akan dimulai pada esok hari. Malam ini Leandra begitu cemas dan kalut tidak karuan.

Saat ini perias yang akan membuat Leandra lebih cantik sudah berada di dalam kamarnya sedari pagi. Gugup, cemas, kesal semua rasa itu berpadu dalam dirinya. Tidak lupa Alcie yang hadie mendapingi Leandra sedangkan Renza menunggu di luar bersama Leonal.

Untuk merias wajahnya membutuhkan waktu yang cukup lama sampai akhirnya telah selesai semua dan bersamaa keluarga Rigel sampai di rumahnya.

"Ci, setelah ini masih mau bersahabat 'kan?"

"Apaan sih pertanyaan kamu ini Lea, ya jelas dong. Sudah tenangkan pikiranmu acaranya sebentar lagi dimulai."

Semuanya sudah berkumpul kecuali Leandra yang sengaja belum terlihat jika ijab qabul belum terlaksana. Terdengar kalimat sakral itu benar-benar diucapkan dari bibir Rigel dan kata 'sah' sudah terdengar begitu ramai.

"Astaga kok sudah sah, Ci," ucap Leandra yang kacaunya sudah tidak karuan.