"Kenapa minta dibuatkan puisi tentang awan, kalau ada objek yang lebih indah dari itu untuk dijadikan puisi?"
"Apa itu?"
"Wanita di sampingku."
Astaga, tahan Ines. Jangan sampai kamu guling-guling di atas rumput depan gara-gara tak kuat dengan godaan Juan. Peringatnya dalam hati. Tapi...
Argh persetan! Keponya melebihi rasa malunya.
"Ya... ya udah, gimana coba?"
"Beneran mau dengar?"
"Ya kalo kamu nggak keberatan bikin sih nggak pa-pa."
"Sesuatu tentangmu tak pernah menjadi beban buatku."
Asekkk, lanjutkan rayuanmu kisanak!
"Ini puisi yang kutulis beberapa hari lalu di buku diary," ujarnya lalu melanjutkan.
"Ini aku, paragraf tanpa judul
Bait ringan tentang kamu si paling unggul
Nona, jangan banyak bicara!
Aku tak ahli mencerna suara rindu yang kamu punya
Nona, jangan tersenyum!
Aku tak sedia obat diabetes paling manjur
Nona, jangan menatapku!
Aku bisa mati dipandang bola mata indahmu
Bila aku adalah puisi, maka Nona adalah pena
Tanpamu aku tiada"