Di dalam mobil mewah itu, kedua sejoli tampak bercengkerama hangat. Saga menyetir dengan tangan yang tak bisa diam. Sedari tadi, pria itu sibuk menggerayangi tubuh wanita cantik di sebelahnya, Ines. Sepanjang perjalanan pula, Ines mencoba menampik semua sentuhan yang diberikan Saga.
Karena bagaimanapun, mereka tak memiliki hubungan apa-apa.
Saga hanya diperkenankan untuk menyentuh tangan halus Ines yang nganggur di atas paha. Untung saja wanita itu memakai long jumpsuit yang menutupi pahanya. Kalau tidak, paha putih mulus bak porselen itu pasti sudah menjadi sasaran kemesuman seorang Arsaga Frezy.
Banyaknya kendaraan serupa yang turut memadati jalan utama tengah kota saat ini, menjadikan mereka tiba di kediaman Saga 30 menit lebih lama.
Hal itu membuat Saga tak enak hati lantaran membuat seorang wanita cantik yang berada di dalam rumahnya menunggu terlalu lama.
"Mobil siapa?" Tanya Ines saat mendapati mobil asing warna merah jambu terparkir di halaman rumah megah milik Saga.
"Nanti kamu juga akan tau."
Ines memilih diam. Pikirannya mulai liar kemana-mana. Jangan-jangan mobil ini milik kekasih Saga? Jangan-jangan Saga membawanya kemari karena ingin memperkenalkan tambatan hatinya yang baru kepada Ines? Oh my god!
Wait, lalu jika iya memang kenapa? Bukankah selama ini Ines selalu meminta pria itu untuk move on darinya? Lalu dimana letak salahnya?
Entahlah, tanyakan saja pada hati wanita itu. Baik-baik saja atau tidak.
Baru selangkah melewati pintu utama, Ines dikejutkan dengan suara antusias seorang wanita.
Ines berbalik menyapa. "Mama Sarah?"
Wanita paruh baya itu berlari kecil menghampiri anak gadis kesayangannya. Rasanya sudah lama sekali mereka tak bertemu. Mungkin terakhir sekitar setahun yang lalu saat acara jamuan makan malam bersama.
"Anak mama ini semakin cantik saja." Ujar wanita bernama Sarah yang merupakan mama Saga.
Mengetahui bahwa Ines adalah seorang yatim piatu sejak usia 16 tahun, Sarah semakin yakin untuk mengangkat Ines menjadi menantunya. Bukan tanpa alasan, wanita paruh baya itu sudah care dan respect dengan sosok Ines saat pertama kali putra sulungnya memperkenalkan Ines padanya.
Pada saat itu Saga belum mencintai Ines seperti saat ini. Jadi mulanya mama Sarahlah yang gencar menjodoh-jodohkan mereka berdua. Mengingat, Saga telah lama tak menjalin hubungan dengan seseorang. Ia ingat terakhir putranya itu memiliki hubungan dengan seorang wanita blasteran Amerika. Namun keduanya kandas di tengah jalan yang entah karena apa, Sarah sendiri tidak ingat. Mungkin sekitar 4 tahun yang lalu.
"Mama apa kabar? Udah lama banget kayaknya nggak ketemu mama." Ines memeluk wanita paruh baya itu tak kalah erat.
"Baik-baik sayang. Ayo masuk, mama sudah siapkan masakan spesial buat kamu."
Mama Sarah mengurai pelukannya, membawa Ines memasuki ruang makan. Sayangnya, mereka melupakan seorang makhluk yang masih berdiri di ambang pintu.
Meski mamanya lebih antusias menyambut Ines dari pada dirinya, namun Saga tersenyum simpul melihat keakraban keduanya. Bak ibu dan anak kandung yang begitu lekat. Saga membayangkan suasana seperti ini akan ia lihat selalu di kemudian hari. Termasuk pula pemandangan yang sama puluhan tahun ke depan. Saga berharap dirinya bisa menjadikan Ines ibu dari anak-anaknya kelak. Menjadi menantu yang selama ini diidam-idamkan mamanya.
"Heran deh, yang anak kandung mama itu aku apa Ines, sih?"
"Saga, nggak usah kayak anak kecil gitu. Kamu jadi pria harus mandiri dong. Mama mau manjain anak cantiknya mama dulu, nggak usah cemburuan." Gertak mama Sarah memandangi Saga yang mengerucutkan bibirnya.
Niatnya sih Saga hanya pura-pura merajuk. Tapi malah ditanggapi serius oleh mamanya. Dan lihatlah wanita yang dijadikan ratu oleh mamanya itu. Asik cekikikan melihat dirinya diomeli Sarah.
"Ini dia, fettucini carbonara kesukaan kamu. Tau nggak, mama belajar dari internet loh bikinin kamu kayak gini. Soalnya ART pada nggak bisa." Wanita paruh baya itu tampak begitu antusias menghidangkan jamuan makan siang kali ini untuk Ines.
"Oiya? Sebetulnya mama nggak usah repot-repot kayak gini juga. Kan Ines nggak minta, ma."
Sarah tersenyum lembut. "Nggak pa-pa sayang. Hitung-hitung merayakan pertemuan kita setelah sekian lama tak jumpa." Sarah terkekeh di tengah-tengah suasana hangat makan siang di rumah putranya.
Belum jadi menantu saja diperlakukan sebegitunya. Gimana kalo sudah jadi menantu nanti? Ines yang hampir 6 tahun tak mendapat perhatian dan kasih sayang orang tua pun serasa dijadikan ratu bila sudah bertemu dengan keluarga Saga.
Bicara mengenai keluarga pria itu. Arsaga Frezy adalah anak sulung dari Sarah dan Hery. Ia hanya 2 bersaudara dengan adik laki-lakinya bernama Arshaka Fredy- akrab dipanggil Shaka- yang kini tengah menempuh pendidikan sarjana di salah satu universitas di Bandung. Sekaligus sebagai pengurus Frezy Gym Dago, cabang dari lapak fitness milik Saga.
Keluarga Saga adalah orang asli Yogyakarta. Namun Saga dan Shaka besar di Bandung karena papanya mutasi kerja ke sana sewaktu mereka masih kanak-kanak. Barulah ketika dewasa, Saga memilih menemukan jati dirinya ke kota asalnya. Tamat SMA ia langsung masuk dunia modeling dan bergabung dengan agensi model di bawah naungan CLOUDS MANAGEMENT. Pria itu tak kuliah, alasannya karena ingin menjadi pengusaha muda sukses.
Dan inilah yang ia dapatkan. Berkat modal dari orang tua dan pendapatannya sebagai model, pria itu berhasil merambah kesuksesan dengan beberapa usaha yang ia dirikan. Bandung adalah tempat tumbuh kembangnya, dan Yogyakarta adalah tempat merealisasikan mimpinya.
Kecuali mimpi untuk memiliki Ines Bethari Alvenanda. Tampaknya Yogyakarta belum berada di pihak Saga untuk urusan asmara.
Suara dentingan yang berasal dari piring dan sendok menjadi paduan suara di meja makan itu. Diselingi dengan obrolan Sarah dan gurauan dari Saga, pemandangan disana tampak seperti keluarga bahagia. Raut wajah ayu Ines tak berhenti untuk menyunggingkan senyum dan melepas tawa. Pun demikian dengan mama Sarah.
Hal itu tak luput dari pengamatan Saga. Bahkan kini kedua wanita paling berarti di hidupnya itupun sedang berkebun di halaman belakang rumah 2 lantai itu sambil terus berbincang. Entah membicarakan apa.
"Ma, Saga suruh ngapain nih?" Tanya Saga menghampiri Sarah dan Ines yang sedang sibuk-sibuknya mengurus tanaman.
"Kamu duduk aja. Paling juga nggak bisa. Ini kerjaan perempuan."
Saga berdecak. "Mama lupa ya? Saga multitalent loh dari kecil. Jadi koki bisa, jadi atlet bisa, jadi model, pengusaha, binaragawan bisa juga. Kalo cuma ngatur tanaman gini doang mah kecil." Ujar pria itu besar kepala.
"Nggak usah sombong. Nyatanya dapetin Ines aja kamu nggak bisa."
"Nggak gitu dong julidnya, Ma!"
Sementara Ines tertawa terbahak-bahak mendengar penuturan frontal Sarah langsung di hadapannya. Wanita paruh baya yang awet muda itu memang terkadang memiliki sisi humor versi emak-emak yang kocak abis menurut Ines. Tak hanya sekali, tadi saat makan pun Saga tak henti-hentinya menjadi sasaran kenistaan Sarah.
Rasanya, pasti syahdu sekali jika memiliki mertua seperti mama Sarah. Batin Ines.
****
Kelupaan, tandai klo typo😭🤝🏻
Dukung MAKE ME YOURS dg cara apapun yg kamu bisa^^