Jarum jam di dinding sudah menunjukkan angka 12, tetapi kelopak mata Sakha sama sekali tidak bisa terpejam. Pria itu terus memandangi kartu nama yang ia dapat kemarin siang. Sesekali Sakha mengelus kepala Naraya yang masih tertidur lelap.
"Dia kerja di perusahaan bagus," bisik Sakha pelan.
"Kamu belum tidur?"
Sakha menoleh kaget mendengar suara serak Naraya yang membuyarkan lamunannya. "Kamu kebangun ya? Maaf, Sayang. Yuk tidur lagi."
Sakha merebahkan tubuhnya menghadap Naraya. Dengan hati-hati dia merangkul Naraya dan menepuk-nepuk pelan punggungnya agar perempuan itu kembali tertidur.
"Aku bakalan mau selesein urusanku sama Dimas."
Tepukan di punggung Naraya berhenti. Sakha menunduk, ingin melihat ekspresi Naraya yang terbenam di dadanya. Pria itu bernapas lega saat mengetahui Naraya tidak menangis, melainkan hampir kembali tertidur.
"Apa kamu bakalan nggak apa-apa nanti?"