Entah bagaimana jadinya, Renjana benar-benar mengikuti keinginan Raka. Lagi dan lagi, seolah sudah menjadi satu dalam dirinya, Renjana melamun menatap ke luar jendela.
Sejujurnya, Renjana sudah lupa apa masalah yang ada di antara dirinya dan Raka. Renjana hanya ingat, bahwa dia sangat membenci Raka sekaligus merasa lemah oleh pria itu.
Berkali-kali Renjana membuat skenario di dalam kepalanya tentang bagaimana ia harus bersikap dengan Raka. Dia bingung, hingga meminum minumannya sampai habis. Renjana memang sengaja datang lebih dulu karena dia ingin mempersiapkan hatinya sebelum Raka datang. Namun siapa sangka dia akan segugup ini?
Lalu saat yang Renjana tunggu-tunggu telah tiba. Raka datang dengan topi yang menutupi rambutnya. Polo putih dan jeans abu muda yang kini dikenakannya jelas memang lebih cocok daripada kemeja ala dokter.
"Udah nunggu lama?" tanya Raka sembari mendaratkan bokongnya di atas kursi yang berhadapan dengan Renjana.