Renjana tidak tahu kemana Raka menarik dirinya. Dia hanya diam, enggan melawan lagi dan bertanya kemana Raka akan membawanya berjalan kaki. Dia lelah, tak ada lagi tenaga untuk melawan Raka. Seluruh tenaganya sudah habis ia gunakan untuk menangis dan berteriak kepada Raka di depan club malam tadi. Dan untungnya Raka tidak mencengkeram tangan Renjana dengan erat. Dan mungkin saja atmosfer tegang di antara mereka ini perlahan berkurang dan berganti menjadi hening dan sunyi.
"Kita ke hotel."
Satu kalimat yang meluncur keluar dari bibir Raka itu mampu membuat Renjana menghentikan langkahnya. Perempuan itu sontak saja menarik tangannya dari genggaman Raka dengan wajah yang marah. "Hotel?! Di saat kayak gini yang Kakak pikirin cuma ke hotel? Apa aku semurahan itu? Kakak sebenarnya nganggap aku ini gundik Kakak, kan?!" Tenaga Renjana yang tadinya menguap kini kembali hadir di dada. Emosinya kembali mendidih, padahal barusan saja dia mulai mereda.
