[Delapan tahun yang lalu]
Raka melipat tiap helai pakaian yang ia miliki. Tak semua, sengaja agar dia tidak perlu membawa banyak barang. Repot tentu saja menjadi alasan utamanya.
Setelah beres merapikan barang-barang di dalam koper, Raka menutup kopernya. Pria itu kemudian mengangkat benda kotak itu dan ketika dia menoleh, dia langsung berhadapan dengan Naraya yang berdiri di ambang pintu dengan pipi yang sudah basah karena air mata.
Raka tersenyum tipis. Pria itu mendekat dan mengusap air mata Naraya. "Maaf ya, tapi mulai sekarang kamu harus bisa mandiri. Mas Raka... nggak bisa tinggal lebih lama di rumah ini. Dan maaf karena Mas lebih memilih diri sendiri ketimbang sama kamu."
Raka tahu ini egois, dia sangat-sangat tahu bahwa Naraya bukan berada di keadaan bisa ditinggal sendirian. Raka tahu itu. Tapi... hatinya sendiri belum beres. Raka mungkin merasa akan menjadi gila kalau dia memaksakan diri untuk tinggal di rumah ini dan Raka tidak sanggup.