"Itu ibu-ibu dari jaman baheula sampai sekarang selalu aja ngurusin idup orang!"
Suara tapak kaki yang bergesekan dengan tanah ikut meramaikan malam ini. Jangkrik pun tak ketinggalan menjadi suara latar belakang. Sementara Sakha hanya terus memperhatikan Naraya yang tengah mengomel mengeluarkan kekesalannya mengenai Wati di warung bakso tadi.
Naraya benar-benar kesal, ah tidak, dia marah. "Aku muak tahu nggak dia terus-terusan ngurus idup aku! Kemarin aku belum nikah, dia sibuk jor-jorin calon, sekarang aku udah nikah, masih juga julid!"
Bagaimana bisa ada manusia sekepo dan sejulid Wati di dunia ini? Meski memang di mata mereka Naraya ini pembuat dosa yang berlindung dibalik topeng wajah sok lugu, tetap saja Naraya sudah menikah. Mau Naraya jelaskan sebegimana pun kalau kejadian yang lalu adalah salah paham, mereka tidak akan pernah percaya. Lebih baik Naraya skak saja dia tadi menggunakan anaknya yang bahkan tidak lebih baik dari Naraya!
