Nadia masih berusaha melepaskan tangannya dari cengkeraman pak Doni yang semakin lama semakin kencang saja. Tidak terpikirkan apapun di kepala Nadia saat ini selain harapan bahwa Fauzan segera cepat datang.
"Maaf, Pak. Saya harus segera pulang," kata Aika dengan nada ketakutan. Bisa terlihat dari suaranya yang sedikit bergetar.
"Kenapa harus cepat-cepat?" Suara Doni dengan nada tenang, tapi tersirat jika ia sedang menggoda. Membuat Nadia merasa semakin ketakutan.
"Lepaskan!" jerit Nadia dengan terus menggeliatkan tangannya.
Doni tidak merespon apapun. Ia hanya terus tersenyum menyeringai dan memberi ekspresi wajah yang menakutkan. Melihat Doni seperti itu, Nadia menjadi semakin panik. Tak sadar, keinginannya saat ini hanyalah dengan berteriak.
"Lepaskan!" pekikan Nadia amat kencang. Tawa bahak justru terdengar dari pak Doni.
"Silahkan berteriak semaumu. Bergeraklah sekeras mungkin. Tidak akan ada yang mendengarmu," ujar pak Doni dengan terus berseringai senang.