Hampir setiap malam ketika sujud hujan air mata membanjiri sajadah. aku tak tahan membendung karena seorang yang jauh dari tempat kos selalu hadir memetik ranting cintanya.
Sekitar pukul 20.00 wib, tepat melaksanakan sholat isya' berjamaah, air mata yang kucoba bendung dengan butiran tasbih ternyata, tidak bisa tertahan akibat seseorang yang kucintai kini menjauh dariku.
Malam itu aku tak terpikir akan kejadian mengejutkan karena aku dan teman - teman lagi khusyu' membaca Alqur'an yang di pimpin oleh ayahanda "H.Marzuki".
Beliau juga bertanya " apa yang terjadi nak?, dengan lantang teman dekatku menjawab " di putusin", sahut , tania.
Bagai bendungan batu jai yang pecah tanggulnya itulah, derasnya air yang keluar dari bola mataku malam itu.
Lelaki yang sudah lama bersandar denganku kini telah berlari mengejar bola baru yang ada di sekitar tempat tinggalnya.
Bola baru yang di kejar aku kenal dekat karena teman sekelas dulu di smp. dan orang tua juga saling kenal tetapi, mengapa sekarang dia yang di kejar padahal, kehadirannya dalam hatiku karena restu orang tua.
Dua malam berturut - turut, hujan terus membanjiri mukenah yang kupakai. dalam majelis pengajian akupun sempat terdiam karena memikirkan kejadian itu
Sungguh hatiku tersayat sembilu dengan tingkah lelaki beriman dan tampan. andainya cinta tidak diawali restu orang tua mungkinkah tidak terjadi seperti ini
Kehadirannya dalam relung hatiku benar - benar atas petunjuk ibu bukan, berawal dari batinku.
Tepat pada hari minggu enam pebruari dua ribu dua puluh dua, aku bersama teman kos juga ayah refreshing ke hutan duren.
Sepulang dari kebun duren, kami langsung ke rumah tempat kelahiranku untuk bertemu orang tua. disana aku sempat di buly depan ibu, oleh ayah angkatku.
Sempat ku angkat sambal mendengar omongannya karena tidak pantas kudengar jika itu akan di ceritakan depan ibu.
Sukurlah tidak berlanjut ceritanya sehingga aku merasa nyaman dan senang untuk menyuguhkan hidangan makan siang.
Sambil menikmati pecel yang aku buat "tubuh ayah sedikit mengigil", karena siang menjelang sore hujan turun lebat.
"Enak memang buatanmu", sahut ayahanda kepadaku. terima kasih ayah, aku biasa bikin pecel ketika berada di rumah, apalagi waktu liburan biasanya, aku jago bikin pecel.
Pecel suguhanku sangat senang dinikmati dan sore itu ibu sedang keluar dan ayah kandungku belum pulang dari tempat kerja.
Hati riang gembira dan mulut berduka cita karena setelah habis pecel, baru terasa pedas menyengat lidah. oooh .., sungguh sepedas orang yang buat, gumam ayahanda, mmmmm ayah, lain - lain aja.
" Memang aku pedas" ayah?, ya , begitulah! kira - kira kata ayahanda. sambil memandang wajah ayah, aku bilang " ini biasa" buatanku paling disukai ibu dan ayah.
Sehabis makan siang, aku bersiap - siap untuk foto keluarga di samping rumah sementara,
Ayahanda dan teman - teman lagi istirahat menunggu selesai foto keluarga.
Setelah selesai, maka kami berangkat pulang sekitar pukul 16.30 wib dari tanah kelahiranku menuju tembeng putik (rumah kos).
Tepat depan BLK Lenek, haqqi bertanya kepadaku " dimana empat yang bagus kita makan bakso?,. aku menjawab " Sudah darimana?, haqqi dan juga ayahanda tertawa.
Tambah bikin aku bingung karena haqqi dan ayahanda tertawa. ternyata yang ditertawain jawabanku yang tidak nyambung dengan pertanyaan.
Dengan laju "haqqi" menarik gas sepeda motornya dan membuar kami jadi belakang.
Tidak kami sangka ternyata, tepat di rumah makan bakso AAN Aikmel kami dibawa masuk untuk makan.
Ayahanda yang perhatian, tahu musim hujan. dan mengerti kesukaan para anak muda.
"hemmmm enak sekali", sering - sering bawa kita, Yah,ujar haqqi. tenang satu minggu lagi, insya alloh ke Lesehan tanak maiq.
"Mantap" ayah, saya juga mengucapkan "terima kasih" buat ayah, sahut "Indri" yang sedang galau.
walau aku sedang terpanah olehnya, aku tetap berusaha untuk membawa diri lebih bahagia dibandingkan teman - teman.
Aku tidak ingin dikatakan selama bersedih karena di putuskan oleh seorang lelaki dekat rumah kelahiranku.
Biarlah kujalani kesepian ini dengan berusaha menghibur diri bersama ayahanda yang pandai mengobati luka hati seorang wanita.