Di sebuah tempat tugas, seorang pemuda tampan berambut pendek ingin menemui sang kekasih permata hatinya.
Engkau datang bukan pada waktu yang tepat, sahut "Ramlah", pada hari itu kau datang tiba - tiba tanpa salam, apalagi mengetuk pintu.
Aku tak berharap pada hari rabu itu, seseorang yang sedang sembunyi dalam hati datang bagai halilintar. hari itu, aku tak sengaja tidur bersama teman sekelas yaitu " NIA DAN IDA".
Membuat hati deg, deg, kan sahut "Ramlah" saat dilihat tidur bersama teman dalam kelas. Dengan kejadian itu aku merasa lemes dan kurang semangat dalam belajar.
Ketika ditanya, aku selalu diam dan hanya bisa memandangnya saja. aku tak tahan tatapannya hari itu lantas, membuatku semakin tidak betah.
Aku laksana disambar halilintar yang merasuki jiwa olehnya.
Dia yang hampir dua tahun bersembunyi dihati kini terbuka karena kehadirannya pada waktu yang tidak tepat.
Sebenarnya, ia berusaha untuk di sembunyikan hingga masa kan berakhir namun, hari yang tidak disangka - sangka dengan tindakannya memberitahukan.
Teman - teman, sejak hari itu pada mengetahui bahwa yang selama ini bersembunyi dalam hati kecilku adalah " EKO".
Aku berusaha untuk tidak diketahui hubunganku selama ink namun, itu adalah pertanda kesetiaan dan ketulusan " Eko" mencintaiku.
Selama dua tahun bersamanya, tak seorangpun yang tahu akan hubungan intim dengannya. perilaku baik setiap hari yang ditunjjukkan semakin membuat aku nyaman untuk hidup dengannya.
Sungguh kehadiran "Eko" seakan - akan mampu memberi kesetiaan dan kedamaian hidup dalam meyusuri masa depan yang insya alloh, penuh cahaya surgawi.
Selama dua tahun dengannya, badai tak pernah menyapa hingga sekarang masuk tahun ketiga hubunganku dengan "Eko".
Dia adalah orang yang paling aku sayang dan ku puja di setiap hari dan menghabiskan malam - malam indah.
Selama cintaku bersemanyam dengan "Ejo", aku pastikan bahwa, tiada lelaki yang mampu bertahan dalam hatiku kecuali, "Eko".
Pertemuan yang sungguh membawa keindahan dan kesejukan hati dengannya karena dalam setiap kegelisahan selalu ia datang menghiburku dan bahkan, mengajak aku untuk menikmati suasana alam nyata di hutan nan rindang.
Di sana aku bagai sebatang pohon yang sedang layu tetapi, ketika ia telah hadir dan memberikan air walau seteguk, aku segar kembali. seolah - olah yang kemarin aku lesu dan layu namun kini segar kembali dan subur untuk bersemi kembali.
Memang, keindahan dalam bercinta jauh berbeda dengan "Eko" bila di bandingkan dengan mantan pacarku.
Suasana yang penuh membawaku di alam surga saat duduk saling cumbu rayu di sebuah taman.
Menjauhkan aku dari segala kesulitan jika bersamanya dan semakin membubui cintaku dengannya.
Sulit untuk aku lupakan segala kenangan indah bersamanya, apalagi sekarang aku sudah membicarakan, betapa indahnya sebuah rumah tangga jika kita tetap rawat.
Tentu, ujar "Eko", rumah tangga kita akan indah selamanya apabila hatimu tidak ingin merusak. hiduplah menghadapi serta menjalani kenyataan, baik pahit ataupun manis bersamaku.
"Ramlah" terdiam seketika, mendengar kalimat yang keluar dari mulut "Eko".
Hatiku semakin berdebar untuk segera di bawa ke istana surga keabadian yaitu membawaku ke penghulu untuk ucapkan akad.
Biarpun itu keinginanmu kata "Eko", aku masih mempertimbangkan demi ketentraman dan abadinya hubungan ini, bukan sekedar hidup bahagia di taman surgamu tetapi, aku ingin hidup bahagia selamanya tanpa segelintir batu kecil.
"Eko ragu", jika membawaku ke penghulu?, ujar " Ramlah" oh tidak cantik .., justru aku ingin segera demi kamu, ujarnya.
Setelah lama aku menikmati indahnya bunga - bunga di taman maka, aku mengajak "Eko" makan bakso di pinggir jalan itu.
Sambil menikmati hidangan bakso, aku sempat mengutarakan kata - kata yang tujuanku mengemban istana bersamanya.
Dia masih saja bertahan, kamu harus menunggu hingga menerima kejutan dariku,kata "Eko".
Sambil "Ramlah" memukulkan sendok pada mangkok bakso dan menggelengkan kepala. dalam hatinya bertanya - tanya, kejutan apa sebenarnya dari "Eko",
Tidak lama kemudian, berangkatlah ia untuk menghantarku pulang, dan setibanya di rumah ibuku bertanya, sudah pada jalan - jalan kemana?, aaah biasa lah bu, nikmati surga di taman lemor.
Begitu sang ibu bertanya, "Ramlah" enjoi saja karena saking cintanya yang sudah melekat dan juga berbunga dengan "Eko".
lelaki seperti "Eko" pantas kau miliki nak...., kata ibu. namun pernahkah kau bertanya? apakah dia punya pacar selain"Ramlah" sahut ibu.
sudah bu, dia tidak punya, hanya aku di hatinya dan siap berlabuh denganku.
Setelah beberapa menit di rumah ramlah naka "Eko" minta pamitan. ternyata "Ramlah" tetap saja meremas tangan "Eko" sambil pandangan taham matanya
Di ambillah tangan "Ramlah" oleh ibunya sambil berkata, sudah nak, bak sudah, cukup nak, lepaskan tangannya. Di lepaslah tangan "Eko" lantas berangkatlah ia pulang.
Setelah tiba di umah kontrakannya, mata tak terpejam sambil mengangkat sebelah kaki membayangkan pegangan kuat "Ramlah".
Di pertengahan tahun ketiga, ombak datang memecah belah hubungan indah "Ramlah dengan Eko". ntah kanapa, pikir ramlah.
Aku tidak menyangka akan tingkah "Eko" sekasar itu padahal, aku begitu berharap dan saling menanam benih cinta.
kanapa tiba - tiba ia meninggalkanku, aoakah orang tuanya tidak setuju? ujar " Ramlah".
Selembar daun kertas dikirim melalui handpon oleh "Eko" yang isinya "Cintamu tidak seperti yang kuharapkan" cukuplah hubungan kita sampai disini.
Setelah di baca surat itu, air mata bagai hujan deras membasahi pipi dan tubuh. isak tangis tiada tertahankan hingga ibunya, maduk ke kamar.
Di dekapnya "Ramlah" sambil mengelus rambutnya, emangnya apa terjadi padamu, nak?, ibu..., ilbu.., bu... aku ....di...di.putusin, aahhhh sabar nak, ada yang terbaik untukmu. bu...bu apakah aku dapat lelaki seperti dia? .
Seorang wanita jangan mengharapkan ketampanan lelaki yang perlu diimpikan adalah lelaki yang siap menjadi imammu,sahut ibu.
Tidak ada jalan yang mulus dan tanpa tikungan atau belokan jadi, itulah cintanya "Eko" yang orang memandang mulus namun kini berbelok arah.
Aku tidak menyangka kebusukan hatinya yang hanya ingin madu dariku kemudian pada akhirnya racun.
Tak pantas "Eko" berbuat sekejam itu karena selama tiga tahun ini cintaku terbina dan bahkan sempat disirami ketika terasa gersang bagai gurun tandus.
Kini aku dalam kesepian akibat perbuatan yang tidak disengaja pada hari itu. pertemuan yang harum dan wangi, kini berakhir kejam bagai anak keris menusuk tubuh.
Semua teman sekelasku yang sudah mengetahui hubungan cinta dengannya sekarang ikut menyesalkan perbuatan "Eko".
Kumencoba menjalani hidup dalam kesepian hingga menemukan lelaki yang pantas menjadi imam dalam sholatku. biarlah "Eko" menjauh dariku dan semoga tidak datang lagi.
Akan aku jalani dengan sabar serta ku ikhlaskan apa yang pernah terjadi dengannya.