"Memangnya Bu Yuli tahu dari siapa kalau Kiai Mustofa itu sudah jadi duda?"
"Rumah saya dengan rumah Kiai Mustofa itu berdekatan Bu ."
"Apakah rumah Bu Yuli bukan di daerah perumahan ini?"
"Iya saya memang tinggal di perumahan ini tetapi rumah orang tua saya itu berdekatan dengan rumah Kiai Mustofa bahkan ayah saya sering sekali ke tempat Kiai Mustofa."
"Oh begitu ya. . ."
"Iya Bu Hj tidak usah khawatir urusan ini serahkan saja kepada saya. Dijamin beres."
Buat Hj Lasmi tampak tersenyum kemudian dia berkata kepada ibu-ibu yang lain untuk menikmati hidangan yang sudah disajikan.
"Silahkan dimakan kuenya Bu, kuenya sangat enak loh. Saya baru saja membelinya tadi pagi, belinya juga bukan di daerah sini gerainya baru diresmikan satu minggu yang lalu ini resepnya berbeda dengan kue-kue sembarangan. Jadi ibu-ibu mesti mencobanya supaya tahu bagaimana kenikmatan rasanya."
Bu Fitri dan ibu-ibu yang lain hanya tersenyum mendengarkan apa yang disampaikan oleh Hj Lasmi, mereka tidak menyangka bahwa ternyata Hj Lasmi serius itu terhadap Kiai Mustofa.
Hingga kemudian waktu menunjukkan pukul setengah sepuluh malam mereka berpamitan kepada Hj Lasmi untuk pulang.
"Oh tunggu-tunggu saya antarkan saja jalan di perumahan ini sudah gelap kalau terlalu malam seperti ini."
"Tidak usah merepotkan Bu Hj, kamikan jalannya bersama-sama tidak akan mungkin ada apa-apa."
"Jangan, tidak apa-apa saya antarkan saya juga mengendarai mobil sendiri kok."
"Anak-anak sudah punya mobilnya masing-masing. Jadi mereka sudah tidak pernah mengganggu saya."
"Hj Lasmi ini usianya berapa Bu Hj?"
"Saya ini sudah sangat tua, usia saya sudah lima puluh tahun, anak saya sudah tiga orang, yang dua sudah menikah dan sudah berkeluarga serta memiliki anak sendiri-sendiri. Jadi dirumah hanya tinggal saya dengan yang kecil dan yang kecil sudah kuliah semester tiga sekarang
Hj Lasmi kemudian mengeluarkan mobil merahnya, semua naik ke dalam mobil itu sesuai dengan permintaan dan perintah Hj Lasmi.
Di tengah jalan ternyata mereka berpapasan dengan mobil Kiai Mustofa, mobil Kiai Mustofa masih berada di depan rumah Bapak ketua RT.
Bu Hj. . .Bu Hj. . . berhenti dulu Bu Hj." Ucap Bu Yuli mengagetkan semua ibu-ibu yang ada di dalam mobil.
"Ada apa Bu Yuli?" tanya Bu Hj Lasmi kepada Bu Yuli yang tiba-tiba minta berhenti.
"Coba ibu menepi dulu."
Hj Lasmi kemudian mengikuti perintah Bu Yuli untuk menepi.
Hj Lasmi memarkirkan mobilnya tepat di depan rumah Pak RT.
"Untuk apa kita berhenti di rumah Pak RT Bu Yuli?"
"Ibu Hj dan ibu-ibu yang lain tenang saja, tunggu disini, itu ada mobil Kiai Mustofa. Kiai Mustofa pasti sedang berkunjung ke rumah Pak RT."
"Ya Tuhan kami pikir ada apa L."
"Lho ini demi misi khusus yang sedang saya emban misi saya itu harus berhasil. Saya tidak mau dong kalau misi saya sampai gagal."
Bu Fitri juga Bu Ketut menggelengkan kepalanya heran mendengar apa yang dikatakan oleh Bu Yuli sedangkan Bu Yuli sendiri turun dari mobil menuju rumah Pak RT kemudian masuk ke dalam sana.
Bapak ketua RT kemudian keluar dari rumahnya bersama dengan Kiai Mustofa
Iya benar ada Kiai Mustofa di dalam sana masih dengan pakaian yang beliau gunakan saat berceramah di musala tadi,
Tampak Bu Yuli berbincang-bincang dengan Kiai Mustofa dan juga Pak RT.
Semua yang ada di mobil itu tidak tahu apa yang saat ini diperbincangkan oleh Bu Yuli Pak RT dan Kiai Mustofa.
"Jadi begitu ceritanya Pak RT, anak saya itu ktp-nya mati apakah saya harus mengurus dulu atau cukup dengan KTP yang itu saja?. Bukankah KTP elektronik itu KTP yang digunakan seumur hidup?"
"Sebaiknya besok Bu Yuli ke sini. Bu Yuli bawa ktp-nya juga kartu keluarga plus yang punya KTP harus datang ya."
Hanya itu yang terdengar dari mobil yang lain-lainnya pembicaraan mereka tidak sampai ke mobil.
Kemudian Bu Yuli tampak melambai-lambaikan tangan kepada Hj Lasmi, seperti sebuah isyarat untuk turun dari mobil.
Bu Lasmi bingung, beliau tampak menoleh ke belakang meminta persetujuan kepada Bu Fitri juga Bu Ketut.
"Turun saja Bu Lasmi pucuk dicinta ulam tiba ini namanya siapa tahu Hj Lasmi memang berjodoh." kata Bu Ketut malah memberikan semangat kepada Bu Lasmi.
Bu Lasmi kemudian turun dari mobilnya.
Tampak dari dalam mobil Bu Yuli sedang memperkenalkan Bu Lasmi kepada Kiai Mustofa
Mereka berbincang-bincang sejenak kemudian mereka tampak berpamitan, Bu Yuli dan Bu Lasmi kembali ke dalam mobil sambil mereka mengucapkan salam kepada Kiai Mustofa juga kepada Pak RT.
Sedangkan Bu Fitri dan Bu Ketut yang duduk di belakang diam saja memperhatikan mereka berdua bahkan kaca jendela belakang juga tidak dibuka rasanya lucu sekali mereka semua sudah sama-sama tua kenapa juga masih bersikap seperti anak-anak yang baru gede.
"Bagaimana Bu Lasmi? Kiai Mustofa masih tampan kan?" kata Bu Yuli kepada Bu Lasmi. Bu Lasmi hanya tersenyum malu tampak pipinya memerah dia tetap mengendarai mobilnya menuju ke rumah Bu Fitri dan juga ke rumah Bu Ketut.
"Iya Kiai Mustofa memang masih sangat tampan."
"Kan betul kan kalau Kiai Mustofa itu sudah duda. Bu Lasmi saja yang tidak percaya terhadap saya."
Bu Lasmi hanya tertawa saja.
W"ah sebentar lagi akan ada pengantin di kompleks kita ini, mulai sekarang kita harus menyiapkan gaun apa yang akan kita pakai untuk acara resepsi Bu Lasmi dengan Kiai Mustofa.
"Bu Yuli ini bisa saja wong ketemu dengan orangnya saja belum kok tiba-tiba membicarakan tentang resepsi pernikahan."
"Sudahlah saya jamin Kiai Mustofa pasti akan setuju .Hj Lasmi ini kan masih cantik, kaya raya, anak anaknya sudah besar-besar. Beliau juga mengerti agama. Sudah tidak ada alasan lagi bagi Kiai Mustofa untuk menolak."
Bu Yuli terus saja berbicara panjang lebar menyemangati Bu Hajah Lasmi sampai kemudian Bu Fitri dan Bu Ketut turun dari mobil itu mereka berdua sudah tidak memperdulikan lagi apa yang dikatakan oleh Bu Yuli mereka pusing mendengar kalimat-kalimat yang disampaikan oleh Bu Yuli seluruhnya tidak jelas belum tentu juga Kiai Mustofa mau dijodohkan dengan Hj Lasmi tapi Bu Yuli menyemangati Hj Lasmi seakan-akan Hj Lasmi adalah jodoh yang pas dan pasti buat Kiai Mustofa.
Bu Fitri hanya berdoa semoga tidak ada masalah yang terjadi antara Bu Yuli dengan Bu Hajah Lasmi karena jika melihat perangai mereka berdua sebenarnya mereka itu bertentangan sifat dan wataknya. Hanya karena Bu Hajah Lasmi mungkin memerlukan bantuan Bu Yuli saat ini jadi Bu Hajah Lasmi berbaik-baik dengan Bu Yuli dan karena Bu Yuli mungkin menyangka bahwa Bu Hajah Lasmi membutuhkan bantuannya jadi Bu Yuli seolah-olah memanfaatkan kebaikan Hj Lasmi, hal itu sangat wajar terjadi setiap manusia yang memiliki kepentingan yang sama pasti akan melakukannya.