Chereads / TERJEREMBAB DALAM DUSTA DAN CINTA SANG KIAI / Chapter 4 - DEBAR HATI HJ LASMI

Chapter 4 - DEBAR HATI HJ LASMI

Hari yang ditentukan itu pun tiba Hj Lasmi sibuk mempersiapkan semua kebutuhan yang akan diberikan pada acara pengajian yang akan digelar malam nanti.

Beberapa orang telah diamanahi oleh Hajah untuk membantu beliau dalam penyelenggaraan acara tersebut Hj Lasmi sendiri mempersiapkan dirinya dengan cuci muka dan juga creambath dia ingin tampil sempurna di hadapan Kiai Musthofa nanti.

"Bagaimana Bu Hj apa sudah siap?" tanya Bu Yuli kepada Hj Lasmi langsung.

"Belum ini saya masih creambath di salon, saya rasanya kok gemetar ya seperti masih tujuh belas tahun saja."

"Ya namanya juga orang jatuh cinta memang begitu."

"Iya rasanya itu seperti apa ya."

"Tidak apa-apa Bu Hj dilewati saja mungkin memang harus begini jalannya."

"Apa mungkin Kiai Mustofa itu akan suka terhadap saya, saya ini kan sudah tua?"

"Tidak apa-apa Bu Hajah dicoba dulu. Bu Hj itu masih cantik kok."

"Ya sudah kalau begitu Bu Yuli tutup dulu teleponnya ya saya melanjutkan creambath biar saya cepat selesai."

Hj Lasmi melanjutkan creambath nya.

Rasanya dia ingin tampil sempurna untuk acara hari ini di rumahnya.

Saat mendengar kabar bahwa Kiai Mustofa bersedia memberikan ceramah di acara yang akan digelar di rumahnya, Hj Lasmi luar biasa bahagia itulah mengapa dia berusaha mempersiapkan semuanya dengan sebaik-baiknya agar nanti semua tidak tampak memalukan.

Siapa yang tidak ingin berdekatan dengan Kiai Mustofa hampir semua ibu-ibu di kompleks mengagumi beliau.

Dan akan menjadi sebuah kehormatan juga keistimewaan bagi Hj Lasmi jika Kiai Mustofa kemudian memilihnya.

Hj Lasmi tidak dapat membayangkan seandainya pernikahan itu benar-benar terjadi maka dirinya akan menjadi perbincangan yang sangat viral di komplek.

Hj Lasmi tersenyum-senyum sendiri menyaksikan ibu-ibu kompleks yang tiba-tiba hadir dalam bayangannya.

Meskipun dia sudah tidak muda lagi jika kenyataannya Kiai Mustofa memilihnya Itu adalah sebuah anugerah yang akan sangat disyukuri oleh Hj Lasmi. Itulah kenapa saat ini Hj Lasmi berusaha mempersiapkan diri dengan sebaik mungkin.

Acara creambath dan juga membersihkan wajah sudah selesai Hj Lasmi kemudian pulang ke rumahnya menunggu adzan magrib tiba ternyata sangat mendebarkan tidak seperti saat-saat sebelum ini. Biasanya sebelum adzan maghrib tiba Hj Lasmi selalu duduk di beranda sambil menyapa ibu-ibu yang lalu-lalang di depan rumahnya tetapi kali ini entah mengapa hatinya berdebar-debar.

Mungkin karena dia sedang menunggu Kiai Mustofa yang akan memberikan ceramah pada pengajian yang digelar di rumahnya saat ini.

Sampai kemudian saat yang ditentukan itu tiba, mobil Kiai Mustofa berhenti di depan rumah Hj Lasmi, beberapa ibu-ibu yang sudah datang di acara pengajian tersebut sempat menoleh ke arah Kiai Musthofa, ada suara seperti dengung yang tidak jelas, suaranya sedikit ribut terlebih ketika Kiai Mustofa memasuki halaman rumah Hj Lasmi.

Beruntung putra tertua dari Hj Lasmi kemudian menyambut Koai Mustofa, mereka berjabat tangan Hj Lasmi hanya duduk di tempatnya sambil tersenyum manis kepada Kiai Mustofa.

"Bagaimana Bu Hj?" tanya Bu Yuli menggodanya.

"Bagaimana apanya jangan membuat saya semakin gugup." Kata Hj Lasmi menimpali godaan yang disampaikan oleh ibu Yuli tadi.

"Kiai Mustofa ternyata masih sangat tampan ya."

Hj Lasmi tersenyum sendiri hatinya semakin berbunga-bunga ketika Kiai Mustofa melemparkan senyum kepadanya sebelum memulai ceramah.

Sampai kemudian Kiai Mustofa selesai menyampaikan ceramah nya di depan ibu-ibu. Beliau turun dari mimbar dan duduk di antara anak-anak Bu Lasmi.

Acara pengajian itu pun selesai digelar, semua undangan sudah pulang ke rumah masing-masing, disana hanya tinggal Bu Lasmi, anak-anaknya, Kiai Mustofa, Bu Yuli dan beberapa tetangga yang masih ikut membantu.

Mereka berbincang ringan, anak-anak Hj Lasmi begitu akrab dengan Kiai Mustofa, mereka bercerita tentang banyak hal sedangkan Hj Lasmi sibuk sendiri dengan dirinya.

Terkadang Hj Lasmi memilin-milin ujung jilbabnya. Terkadang juga dia tiba-tiba meminum air mineral yang ada di depannya sampai berulang-ulang tampak sekali bila saat ini Hj Lasmi sedang gugup.

Bu Yuli dan ibu-ibu yang lain memperhatikan Bu Lasmi dari kejauhan mereka merasa geli melihat tingkah Bu Lasmi hari ini.

"Apa orang yang jatuh cinta itu seperti itu ya sikapnya?"

"Iya bisa saja begitu, semuanya kan berbeda-beda tergantung siapa orangnya."

"Ini semua gara-gara Bu Yuli."

"Gara-gara saya?, niat saya kan baik untuk mempertemukan Hj Lasmi dengan Kiai Mustofa."

"Iya tapi Apa yang dilakukan oleh Bu Lasmi saat ini itu semua pasti gara-gara Bu Lasmi terpengaruh apa yang disampaikan oleh Bu Yuli."

"Ah itu kan hanya komentar ibu-ibu saja tidak selalu seperti itu."

Kemudian tampak Bu Lasmi berbincang-bincang dengan Koai Mustofa sepertinya Kiai Musthofa sedang menanyakan sesuatu kepada Hj Lasmi dan bukannya menjawab dengan benar Hj Lasmi malah tampak malu-malu sendiri.

Beberapa orang yang ada di dapur terpingkal-pingkal melihat Bu Lasmi dengan apa yang dilakukannya hari ini.

"Kalau begitu saya pamit dulu ya." Kata Kiai Mustofa kepada bu Lasmi dan anak-anaknya.

"Kok buru-buru Kiai."

"Ini sudah larut, tidak baik saya berlama-lama disini."

"Kamu ya Putra pertama Hj Lasmi?" Tanya Kiai Mustofa kepada Putra pertama Hj Lasmi yang saat itu sedang berdiri di sampingnya.

"Iya Kyai saya."

"Kalau suatu hari ada laki-laki baik yang ingin meminang ibumu apa yang akan kamu lakukan?."

Mendengar pertanyaan dari Kiai Mustofa Bu Yuli lantas membuka mulutnya lebar-lebar karena terkejut.

Apakah itu sebuah pertanda bahwa Kyai Mustofa akan meminang Hj Lasmi?.

Bu Yuli begitu riang gembira dia merasa bahwa misinya akan berhasil.

Bu Yuli malah menggoyang-goyangkan tubuhnya sendiri di samping ruangan yang dekat dengan ruang tamu.

"Bu Yuli ini kenapa yang mau dilamar Bu Lasmi kok yang menari-nari Bu Yuli."

"Ini ungkapan kegembiraan bahwa apa yang saya lakukan itu mendapat hasil artinya saya bolak-balik ke tempat Kiai Mustofa itu tidak sia-sia buktinya Kiai Mustofa memberikan isyarat bahwa dia akan melamar Hj Lasmi."

"Isyaratnya di mana Bu Yuli?"

"Itu Kiai Mustofa bilang sama Putra pertamanya Hj Lasmi kalau ada laki-laki baik yang akan melamar ibumu sikapmu bagaimana?"

"Itu kan hanya pertanyaan biasa Bu Yuli. Kiai Mustofa tidak dengan jelas mengatakan bahwa dia akan melamar Hj Lasmi jangan bahagia dulu."

"Kita ini orang-orang tua, tidak ada orang tua yang mengatakan langsung maksud dan niatnya, mereka pasti berbelit-belit karena mereka malu ingin mengatakan yang sebenarnya, harus ada perantara supaya mereka bisa terhubung dan bisa berjodoh."

Bu Yuli dan Bu Fitri malah berdebat sendiri di ruang keluarga Hj Lasmi, sedangkan diluar sana Hj Lasmi sedang tersenyum-senyum manis kepada Kiai Mustofa yang undur diri.

Mereka menghantarkan Kiai Musthofa sampai ke mobilnya.

Tidak lupa Hj Lasmi memberikan senyum paling indah kepada Kiai Mustofa malam ini dan Kiai Mustofa pun membalasnya dengan melakukan hal yang sama.

Sungguh hati aja Lasmi berbunga-bunga luar biasa.