Chereads / TERJEREMBAB DALAM DUSTA DAN CINTA SANG KIAI / Chapter 3 - UNDANGAN CERAMAH

Chapter 3 - UNDANGAN CERAMAH

"Assalamualaikum Kiai apa kabar?"

"Waalaikumsalam kabar baik ada apa Bu Yuli?'

"Begini Kiai saya mau menyampaikan undangan dari Bu Hajah Lasmi yang ada di Perumahan Permata beliau akan melaksanakan tasyakuran sudah 3 tahun beliau pergi haji rencananya beliau ingin mengundang Kiai untuk menjadi penceramah, apalagi Kiai ini sudah tersohor dan terkenal sekali kalau ceramahnya itu enak dan bisa dinikmati." Bu Yuli berbicara pagi itu di rumah Kiai Mustofa, dia sengaja datang menyampaikan pesan Hj Lasmi tentang undangan yang akan diberikan kepada Kiai Mustofa agar Kiai Musthofa memberikan ceramah pada acara tasyakuran yang akan digelar di rumah Hj Lasmi.

"Itu acaranya kira-kira kapan Bu?"

Kiai Mustofa kemudian duduk di hadapan Bu Yuli. Bu Yuli menatap Kiai Mustofa tanpa berkedip.

Kiai Mustofa itu memang sangat tampan, kulitnya putih, tubuhnya tinggi, badannya tegap meskipun sudah banyak keriput di wajahnya tetapi itu tidak menutup ketampanan yang ada dalam dirinya, "seandainya saja aku tidak punya suami pasti aku akan menggoda Kiai Mustofa,"

belum lagi kekayaan yang dimiliki oleh Kiai Mustofa.

Kiai Mustofa ini dulu adalah pegawai negeri lalu kemudian dalam perhelatan politik dia dinyatakan menang dua periode dia sempat menjadi wakil gubernur sampai kemudian Kiai Mustofa memutuskan untuk tidak lagi beraktivitas politik, dia akhirnya lebih menyibukkan diri pada aktivitas-aktivitas keagamaan itulah mengapa Kiai Mustofa jadi sering mengisi pengajian dan memberikan ceramah-ceramah agama pada saat salat Jumat.

Seringkali saat Kiai Mustofa diberikan amplop oleh panitia beliau menolak mungkin karena Kiai Mustofa merasa bahwa uangnya sudah banyak.

Beliau selalu meminta agar uang itu dikembalikan kepada kas masjid dengan apa yang dilakukan oleh Kiai Mustofa tersebut banyak sekali orang yang akhirnya mengundang beliau

"Bagaimana Kiai?. Apakah Kiai bersedia? Kalau Kiai bersedia saya akan sampaikan kepada Bu Lasmi. Hj Lasmi pasti akan sangat bahagia.

"Saya itu pasti bersedia selama waktu saya longgar yang penting tidak bertabrakan dengan jadwal saya. Saya pasti akan bersedia."

"Atau begini saja dalam minggu-minggu ini yang longgar waktunya Kiai kapan? nanti saya yang akan sampaikan kepada Hj Lasmi.

"Lho jangan begitu yang punya hajat kan Hj Lasmi beliau yang harusnya menentukan waktunya kapan. Nanti tinggal di samakan dengan jadual saya. Saya lagi kosong atau saya sedang dapat undangan." Begitu Kiai Mustofa memberikan arahan namun arahan tersebut akhirnya dibantah juga oleh Bu Yuli.

"Tidak begitu Kiai, pesan dari Hj Lasmi kapanpun waktunya yang penting Kiai bisa memberikan ceramah di rumahnya Hj Lasmi akan langsung mengundang pada hari yang sama."

Kiai Musthofa tersenyum kemudian dia menggelengkan kepalanya cepat.

"Kok ada-ada saja."

"Ya Kiai itu saking ngefansnya Hj Lasmi terhadap Kyai. Beliau tidak mau acaranya diisi oleh Kiai yang lain maunya hanya Koai Mustofa saja."

"Ya sudah sampaikan salam saya sama Hj Lasmi kalau hari Minggu depan saya bisa tanggal 23 ba'da maghrib ataupun ba'da Ashar saya bisa Insya Allah saya bisa."

"Alhamdulillah akan saya sampaikan kepadaku beliau. Hj Lasmi pasti sangat gembira mendengar ini semua."

"Kenapa kok bisa sampai sesemangat itu akan memanggil saya bukannya banyak ya Kiai yang lain.'

"Saya juga tidak tahu Kiai yang pasti bahwa beliau berpesan agar undangannya disampaikan kepada Kiai. Ya namanya juga orang kaya Kiai beliaukan berhak untuk memilih mau mengundang siapa dan tidak mengundang siapa uangnya Hj Lasmi itu banyak."

"Ya sudah Alhamdulillah mudah-mudahan semakin banyak rezekinya juga."

"Aaamiiin. Hj Lasmi itu janda Kiai tapi dia janda kaya kalau di agama kita itu dia seperti Khodijah istri rasulullah yang kaya raya tetapi paham terhadap agama beliau juga sangat baik."

Kiai Mustofa tersenyum sambil menggeleng-gelengkan kepalanya cepat.

"Bu Yuli ini ada-ada saja"

'Iya namanya juga sambil menyelam minum air Kiai siapa tahu Kiai berkenan untuk menikahlagi kan sudah lama Bu Nyai tidak ada, orang-orang seusia kita itu menikah kadang-kadang bukan untuk sekedar memuaskan keinginan saja Kiai. Tetapi lebih dari itu supaya kita punya teman, apa Kiai tidak kesepian sendirian terus, Hj Lasmi itu luar biasa baik."

"Sebentar. .sebentar ini Bu Yuli datang ke sini mau mengundang saya sebagai penceramah di acaranya Hj Lasmi atau mau menjadi mak comblang untuk saya dan Hj Lasmi semuanya harus jelas ini."

"Saya kan sudah matur tadi Kiai, Sambil menyelam minum air."

"Tidak usah menyelam di sini tidak ada kolam kalau menyelaminya tidak hati-hati nanti bisa tersedak."

"Kiai Mustofa ini bisa saja." Bu Yuli kemudian tertawa.

"Ya sudah Kiai kalau begitu saya pamit dulu jangan lupa tanggal 23 nanti saya akan sampaikan kepadaHajah Lasmi."

"Ya sudah terima kasih untuk kehadirannya juga, salam buat Hj Lasmi ya."

"Iya Kiai insyaAllah akan saya sampaikan. Saya permisi dulu."

Bu Yuli kemudian berdiri dia hendak meninggalkan rumah Kiai Mustofa namun baru beberapa langkah dia berjalan, dia membalikkan badannya dan berkata kepada Kiai Mustofa.

"Maaf Kiai saya kembali lagi ada yang lupa."

Kyai Mustofa mengernyitkan keningnya "yang lupa apa?"

"Saya lupa belum minta nomor telepon panjenengan kalau nanti tiba-tiba Hj Lasmi ingin menghubungi Kiai Mustofa bagaimana?"

"Iya sudah ini sudah kamu catat nomornya ya?"

Kiai Mustofa kemudian menyebutkan beberapa digit nomor yang dia miliki dan memberikannya kepada Bu Yuli.

Bu Yuli mencatat nomor Kiai Mustofa di ponselnya dia merasa bahagia sekali mendapatkan nomor Kiai Mustofa.

Ini sebuah pencapaian yang luar biasa untuk hari ini Hj Lasmi pasti akan gembira nanti saya akan meminta uang kepada Bu Hj sebagai ganti ongkos perjalanan.

Bu Yuli pulang ke rumahnya dengan senandung yang sangat riang.

Dia kemudian menghubungi Hajah Lasmi melalui ponselnya

Mereka berdua berbincang sangat lama menceritakan tentang apa yang disampaikan oleh Kiai Mustofa.

Sebenarnya Hj Lasmi tidak memiliki acara apapun untuk mengundang Kiai Mustofa, ini hanya akal-akalan dari Bu Yuli saja, Bu Yuli memberikan saran kepada Hj Lasmi agar Hj Lasmi menggelar acara pengajian supaya bisa mengundang Kiai Mustofa dengan begitu Kiai Mustofa akan bertemu dengan Hj Lasmi nanti Bu Hj tinggal berbincang-bincang saja.

Karena Hj Lasmi memang juga suka kepada Kiai Mustofa akhirnya Hj Lasmi pun mengiyakan apa yang disampaikan oleh Bu Yuli lagipula Hj Lasmi punya uang banyak jadi tidak jadi masalah jika dia mengundang Kiai Mustofa dia sudah menghitung berapa anggaran yang akan dikeluarkan untuk acara pengajian tersebut. Paling dia hanya akan mengundang orang-orang di perumahan ini memberikan makan kepada mereka lalu kemudian memberikan sajian untuk dibawa pulang nominalnya tidak akan terlalu banyak itung-itung sambil sedekah jadi Hj Lasmi pun mengiyakan apa yang dikatakan oleh Bu Yuli.