Dalam sebuah mansion yang besar dan luas , terdengar riuh suara tembakan dan derap langkah .
Seorang wanita cantik berlari dengan menggandeng gadis kecil berusia 5th . Mereka bersembunyi di rimbunnya tanaman di skitar taman dalam mansion itu.
Hosh
hosh
hosh
" Anjel ! Dengarkan Momy , Momy dan Daddy mencintai mu , kamu harus hidup apapun yang terjadi . " ucap wanita cantik itu pada si gadis kecil yang terlihat menangis ketakutan .
Doorr
Doorrr
Dooorr..
Dikejauhan beberapa pria berbaju hitam berbadan tegap yang berlarian dan saling mengejar . Dengan pistol ditangan mereka . Wanita cantik itu melongok . ketika dirasa cukup aman , ia membawa putri kecil nya berlari kearah gudang . Dengan suara tembakan yang masih terdengar jelas di kejauhan sana .
Mereka bersembunyi di dalam gudang, wanita cantik itu mencari tempat untuk bersembunyi . Ada sebuah lemari kecil yang hanya cukup untuk putri kecil nya .
Ia memasukkan Angle kedalam nya , sebelum ia menutup pintu wanita itu berucap .
" Angle ! Daddy mu akan segera datang ! percayalah dia akan menyelamatkan mu . Jangan keluar ! apapun yang terjadi ! Oke !? " ucap si wanita pada anak nya dengan uraian air mata , suaranya terdengar bergetar . sesekali ia menoleh kebelakang , memastikan tak ada orang lain yang masuk kegudang .
" Mommy . Angle takut ! " tangis Angle
" Tetap disini . Dan tunggu Daddy ! Dia pasti akan datang menyelamatkanmu ! " wanita itu menoleh kebelakang, " Jangan bersuara ! "
Terdengar suara pintu gudang berdecit tanda dibuka . dengan segera wanita itu menutup pintu lemari.
" Mommy mencintai mu ! Daddy akan datang angle . jangan bersuara ! " bisik nya hingga pintu benar benar tertutup .meninggalkan gadis kecil itu menangis ketakutan .
Lalu wanita itu pergi menjauh dari lemari . ia bersembunyi di balik tumpukan kayu kayu hiasan yang belum sempat terpakai .
Dari pintu masuk gudang beberapa pria berbadan tegap dengan stelan jas hitam menyebar . Pistol senantiasa tergenggam ditangan mereka .
" Cari ! " suara bariton seorang pria yang berhenti tepat di samping wanita itu bersembunyi . " Jangan sampai seekor tikus pun lolos . "
Dengan membekap mulut nya wanita itu bersembunyi , ia melirik lemari tempat angle bersembunyi . Ia terus berdoa agar putri nya selamat dan tidak tertangkap . saat itu tanpa sengaja kaki nya menyenggol sebuah kaleng hingga menimbulkan bunyi dan menggelinding .
kaleng itu berhenti tepat di samping kaki pria yang tadi bersuara .
" Khi khi khi khi..... " tawa nya ,
" ketemu ! " seru nya sambil menendang balok balok kayu yang menyembunyikan si wanita . hingga jatuh dan menimbulkan bunyi nyaring . Menampakan sosok wanita yang tengah membekap mulutnya. Beberapa orang dari pria itu mengacungkan pistol kearah si wanita .
Dengan pistol ditangan nya , pria yang mendominasi itu mengarahkan moncong nya ke wajah wanita yang tampak menggigil ketakutan itu .
" Dimana Logam ?! "
" Aku tidak tau ! "
" Khi .. khi... khi... " pria itu tertawa , tawa nya begitu menakutkan .
Pria itu mendekat , semakin mendekat dengan pistol yang terus terarah pada kepala wanita itu .
" Dimana Logam !? " ulang nya .
Dengan tubuh yang berguncang dan mata yang merah berair ,wanita itu menatap pria yang kini berada tepat di depan nya , dengan moncong pistol yang menempel tepat di kepalanya .
" Tuan Xavy , kami sudah menyisir area mansion tapi kami tak menemukan siapapun . " ucap salah seorang pria berbadan tegap yang sepertinya anak buah pria bernama Xavy itu .
Bahu Xavy bergoyang ,
" Khi.. khi... khi.. Hahahaha... hahahaa.. Logam ! Kau lari dengan meninggalkan istrimu ! "
Tawa yang begitu menakutkan itu tiba tiba berhenti dan menatap dingin pada wanita di depan nya .
" Mati saja kau ! Dengan begitu Logam akan keluar . " ujar nya dingin dengan tatapan mata tajam nya .
Xavy menarik pelatuk nya .
Doooorrrrr.... !!
" Tetaplah hidup angle ! " suara hati wanita itu .
Wanita itu terkapar dengan darah yang merembes dari kepalanya .
Tampak senyum terungkai di wajah Xavy .
Sraaakk...
Suara yang membuat Xavy menoleh , ia berjalan kearah lemari dimana suara itu berasal . Lalu membukanya dengan mengacungkan pistol ke arah lemari itu .
Tampak seorang gadis kecil pingsan di dalam nya .
" Sepertinya , dia putri dari Logam tuan Xavy . " suara salah satu anak buah nya .
" Haruskah kita membunuh nya !? " tanya anak buah nya lagi .
Pria bernama Xavy itu tersenyum licik.
▪▪▪▪
14 tahun kemudian ..
Seorang gadis dengan earpon ditelinga nya , tampak mengarahkan senapan laras panjang nya ke arah gerombolan pria yang tengah bertarung di sebuah dermaga.
Ia bersembunyi diatas sebuah countainer yang berjajar rapi . Mata tajam nya membidik kepala salah satu orang dari gerombolan itu . Jari nya mulai menarik pelatuk .
Doorrr ..
Dooorr..
Doorr...
Beberapa pria tumbang . Ada pula yang tersungkur .
Sebuah lolipon yang tampak bertengger di mulut gadis itu , bergeser perlahan . Matanya masih membidik . jari indah nya kembali menarik pelatuk .
DOORR.....
DOOORR...
DOORR...
Di kejauhan seorang pria mengangkat tangan nya . Memberinya isyarat untuk berhenti menembak .
Ketegangan berakhir . Kemenangan ada dipihak mereka . Dengan sebuah mobil Jipp terbuka kembali ke markas .
Seorang gadis dengan laras panjang di pungungnya dan satu lagi ditangan nya itu berjalan perlahan memasuki sebuah ruangan .
Satu persatu senjatanya ia tanggalkan di meja . Senapan laras panjang , belt peluru , earpon komunikasi , Dua buah pistol di kaki kanan nya dan sebuah belati di dibetis kiri nya ia cabut satu persatu yang melekat di tubuh nya , berikut dengan acsesoris yang menyertainya ..
Seorang pria berbadan tegap dengan rahang kuat nan tegas berdiri mengetuk pintu yang terbuka .
Tok tok tok
Gadis cantik nan imut itu menoleh , melihat pria itu bersandar diambang pintu .
" Uncle Xavy ! "
" Kerja bagus ! Kau menyapu bersih mereka ! " puji nya sambil melangkah masuk .
" Kapan kau akan menugaskan aku menyusup ke markas Seanking !? " Tembak gadis itu , ia meraih belati di meja . dan menyembunyikan ditangan nya .
" Kamu belum siap ! " ucap Xavy enteng , ia berjalan mendekat . " Kamu harus banyak berlatih lagi Denise ! "
Gadis bernama Denise itu menatap tajam pada Xavy ,
" Apa lagi yang harus aku lakukan untuk membuktikan bahwa aku mampu , uncle Xavy !? "
Danise mulai mengarahkan pisau belati ditangan nya kearah Xavy , dengan cepat pria itu menghindar .
" Khi.. khii.... khi... Kau belum cukup mampu Danise ! " ejek nya , yang berhasil menghidar dari serangan dadakan Danise .
Danise memicingkan matanya , berlari kearah Xavy melakukan tendangan samping , namun pria itu lagi lagi dapat menghindari serangan Danise .
Danise memutar tubuh nya melakukan tendangan memutar , Xavy merunduk, dengan gerakan cepat Danise mengarahkan belatinya ke arah Xavy .
Namun tangan Xavy menangkap tangan nya memilin dan mengunci kedua tangan Danise dibelakang.
" Kau belum cukup mampu Danise ! " ucap nya dengan kekehan menghina .
" Oh ya !? " Senyum Danise tampak mengembang .
Ia mendorong tubuh nya hingga mereka mundur beberapa langkah , lalu bergeser ke samping , Kaki nya menginjak kursi di depannya sebagai pendorong , mengayun keatas memutar diatas kepala Xavy dan berbalik berada di belakang pria bertubuh tegap itu . Tangan nya mencengkram bahu kokoh Xavy . Belati pun sudah berada tepat dileher Xavy .
" Bagaimana menurut mu !? " Ucap Danise menantang .
Xavy tersenyum puas .
" Baiklah ! Kau menang ! " ucap nya ,
Danise melonggarkan cengkraman dan menjauhkan pisau belati nya dari leher Xavy .
Dengan cepat Xavy merebut belati dan mencengkram leher Denise menjatuhkan tubuh itu kelantai , dengan tangan masih mencekik leher Danise . Ia mengarahkan pisau itu ke wajah Denise , hendak menghujam nya .
Dan berhenti tepat di depan mata kanan gadis itu .
" Kau tak boleh lengah Denise . Musuh ada dimanapun . Bahkan pada orang terdekat mu sekalipun ! " ucap Xavy dingin.
Danise menatap tajam pada Xavy . Ia tak takut dengan pisau yang hampir membutakan matanya itu .
Xavy melonggarkan tangan nya . ia berdiri begitupun dengan Danise .
" Kau akan kutugaskan menyusup minggu depan ! " ucap Xavy sambil menyerahkan belati ditangan nya pada Danise .
" Selama menunggu , persiap kan diri mu ! " sambung nya sambil berjalan keluar dari kamar Danise .
Danise mematung , antara senang dan was was . Senang karena ia akhirnya berkesempatan menuntut balas atas kematian orang tua nya , dan rasa was was karena ia akan memasuki sarang mafia terbesar di dunia .