Chereads / Cinta di Atas Angan / Chapter 8 - Apa Ini!

Chapter 8 - Apa Ini!

***

Hari telah menjelang pagi. Kini waktunya untuk aku beraktivitas kembali ke sekolah seperti semula.

Hari-hari yang selalu sama untuk aku jalani setiap harinya. Mau bagaimana lagi sudah tuntutan bagi aku sebagai murid untuk menimba ilmu bukan?

Pagi ini aku berangkat dengan berjalan kaki. Karena keadaan sepedaku yang tak memungkinkan untuk aku naikin. Karena ban nya yang mau meletus ingin segera di ganti. Bahkan kalau bisa ingin segera aku ganti beserta sepedanya sekalian.

Walaupun memang keluarga ku orang nggak punya. Tapi sepedaku juga bisa di bilang cukup bagus. Karena pemberian dari juragan Herman.

Karena daripada nggak terpakai, pikirnya kala itu. Karena memang anaknya sudah tak memakainya lagi. Sebab kedua anaknya memilih melanjutkan untuk sekolah ke luar daerah. Supaya bisa hidup mandiri.

Tapi sebagai orang tua yang baik pastinya akan di turuti. Apalagi tak ada sesuatu yang bisa menghalangi, terutama uangnya bukan?

"Buk, mas Irwan mana, sih?" ucapku pagi itu kala masih ada di dalam rumah.

"Nggak tahu, pergi sejak pagi soalnya. Emang kenapa?" tanya ibu balik.

"Mau Fira suruh buat anter Fira ke sekolah." jawabku.

"Emang kenapa kok tumben-tumbenan minta anter mas Irwan segala. Biasanya aja nggak bakal mau kalau di bonceng Mas Irwan." ucapnya lagi.

"Iya soalnya untuk sekarang ini posisi mendesak buk! Soalnya sepeda Fira ban nya mau meletus bu, udah waktunya ganti."

"Oo, iya ya. Ibu lupa belum tak ganti ya." ucapnya sambil nyengir.

"Ya udah deh. Fira jalan kaki aja." ucapku sambil pamitan.

"Assalamualaikum, buk." ucapku sambil mencium punggung tangannya.

"Waalaikum salam, hati-hati nak!" ucapnya sambil masih berdiri di depan pintu. Melihatku hingga tak nampak lagi sampai ujung jalan.

Baru saja aku jalan hingga belokan. Tiba-tiba aku dikagetkan dengan seseorang yang datang naik sepeda tepat di samping ku. Untung saja nggak sampai nyerempet.

"Hati-hati dong!" omelku.

"Hehe," balasnya cengengesan.

"Ngapain nyampe sini? Kan sekolah nya ke sana?" tanyaku.

Karena dia terus-terusan membuntuti tepat di samping ku. Menyeimbangi setiap langkah kaki yang aku tapaki.

"Mau bertemu bidadari." ucapnya tanpa dosa.

Aku yang saat itu nggak mau di buat kepedean, malah menanyakan lebih detail siapa bidadari yang ia maksud itu.

"Ya udah sana. Kenapa masih diam di sini aja." ucapku sedikit mengusir.

"Ayo dong." ajaknya.

"Maksudnya? " ucapku pura-pura tak mengerti.

"Ayo mau bareng nggak? Keburu telat lho." tawarnya.

Dan benar saja. Saat itu waktu sudah menunjukkan pukul 06.50. Mana bisa aku jalan kaki dengan jarak yang cukup jauh. Bisa-bisa aku terlambat kalau begini.

Aku masih bengong memikirkan dan menimang-nimang kembali ucapannya.

"Eh, malah bengong. Ayo keburu telat nih!" ucapnya kembali. Sehingga membuyarkan lamunan ku saat itu juga.

Dengan tanpa fikir panjang, aku langsung memboncengi sepeda itu. Soal jadi gosip di sekolah bisa di pikirkan nantilah. Dari pada harus telat datang ke sekolah, coba!.

Reno mengayuh sepeda dengan sedikit cepat. Ia berusaha supaya aku tak terlambat untuk datang ke sekolah. Di sepanjang perjalanan aku tak berhenti mengancamnya agar aku tak sampai terlambat sampai di sekolah.

Gila, kan! bukannya terimakasih malah terus-terusan mengomelinya yang tak berdosa itu.

Akhirnya kami telah berada di depan gerbang sekolah. Walau harus dengan sedikit perjuangan tentunya.

Sesampainya kami di gerbang sekolah, semua mata langsung tertuju pada kami berdua. Bagaimana bisa aku yang selalu acuh kepada Reno, kini malah terlihat berangkat sekolah berdua dengan berboncengan.

Bodo amatlah dengan hal itu! Yang terpenting sekarang aku bisa sampai ke sekolah dengan selamat tanpa kekurangan satu apa pun. Dan tentunya nggak terlambat.

Terlihat Reno masih mengatur ritme nafas. Mungkin ia kecapean karena harus mengayuh dan membawa beban ku yang sedikit berat ini.

"Mau minum?" tawaku yang langsung menyodorkan botol minum kesayangan ku.

"Makasih," ucapnya langsung menerima botol tersebut.

Terlihat ia meminum dengan sedikit terburu-buru. Mungkin ia sangat kehausan, batinku.

Terlihat peluh-peluh yang terus menetes dari dahinya. Hingga membasahi hampir sebagian seragam yang ia kenakan.

"Makasih ya," ucapku.

Sedangkan ia masih terus meneguk sampai habis air mineral yang aku berikan tadi.

"Sama-sama," balasnya sambil tersenyum.

"Haus banget ya, sampai air sebotol habis dalam satu tegukan." ucapku sambil menerima botol kosong pemberiannya.

"Iya. Haus, capek banget malah."

"Maaf, ya." ucapku lagi.

"Iya nggak papa. Kan aku juga memakluminya. Soalnya emang kaya berasa bonceng beras satu karung rasanya." ucapnya tanpa berbalik memunggungi ku.

"Eh, apa kamu bilang!" ucapku sambil berusaha mengejar Reno yang sudah berada sedikit jauh di depanku.

"Hey, berhenti. Awas kamu ya, kalau sampai ketangkep!" ucapku sambil terus berlari mengejarnya.

Hingga akhirnya terjadilah aksi kejar-kejaran di antara kami berdua. Aku yang saat itu mengenakan rok sedikit kesusahan untuk bisa mengejar Reno. Sedangkan ia begitu riangnya lari dengan tertawa terbahak-bahak.

Mungkin saat itu kami sedang menjadi pusat perhatian seluruh siswa.

Hingga sampai akhirnya aku pun terjatuh karena tak sengaja menginjak tali sepatuku yang lepas.

Aku terjatuh dengan posisi duduk. Lutut Ku terasa sakit sekali kala itu.

"Kamu nggak papa kan?" terdengar suara sedikit kekhawatiran darinya.

Aku hanya menggeleng dengan pelan.

"Bisa jalan nggak? Sini aku bantu berdiri." ucapnya kembali.

Namun aku berusaha menolak bantuannya. Namun apa di kata. Rasanya saat itu kaki ku sakit sekali. Mungkin kaki ku sedang terkilir.

"Auww," ucapku saat akan berusaha berdiri.

Dengan sigap Reno pun langsung membantu untuk memapah ku.

"Makanya kalau sakit bilang aja. Nggak usah sok-sokan menolak pertolongan seseorang." omelnya.

Dia begitu tulus membantu ku untuk jalan hingga ke ruang UKS. Rasanya jantung ini berdetak dengan kerasnya. Semoga saja Reno tak mendengar suara detak jantungku.

"Kamu nggak ke kelas?" tanyaku saat aku sudah berada di UKS.

"Tapi kamu," ucapnya terpotong.

"Aku nggak papa kok, kan ada perawat yang jaga aku di sini." ucapku.

"Beneran?" ucapnya sedikit memastikan.

"Iya, udah sana." ucapku setengah mengusir.

"Ya sudah aku ke kelas dulu ya. Nanti aku ke sini lagi." ucapnya terdengar berat.

Aku hanya tersenyum. Akhirnya dia meninggalkan ku sendirian di ruang UKS. Aku mencoba untuk beristirahat supaya nanti kaki ku sedikit membaik.

***

Tringggg... tringg...

Bel istirahat pun berbunyi. Semua siswa berhamburan keluar dari kelas. Ada yang pergi ke kantin, perpustakaan, dan ada yang hanya duduk di taman.

Aku yang merasa bosan karena dari tadi sendirian disini. Akhirnya memutuskan Untuk istirahat ke kelas saja.

Walaupun rasanya kaki ku masih sedikit sakit. Tapi aku tetap memaksakan untuk bisa jalan sampai di depan kelas.

Baru setengah perjalanan, aku melihat Reno sedang bercanda gurau dengan seorang perempuan. Siapa dia? Kenapa aku baru pertama kali melihatnya? Kenapa rasa-rasanya ia begitu akrab dengan perempuan tersebut.