Chereads / Are you here? / Chapter 8 - Bab 8

Chapter 8 - Bab 8

Suasana menjadi tegang. Deru napas ketakutan terdengar. Agatha panik, begitu juga dengan Leon. Ia sama paniknya. Sangking paniknya ia malah menjatuhkan barang-barang yang ada di sekitarnya. Alhasil orang yang berada di luar tahu bahwa Leon ada di dalam.

"Oh astaga Leon, apa yang harus kita lakukan? Aku takut kalau itu Ratu Elena." desis Agatha pelan.

"Astaga aku sama takutnya. Aku juga bingung harus apa Agatha. Bagaimana ini?" keluh Leon.

Agatha menghela napas kecewa. Ia semakin takut dan mulai menyesali dirinya yang sudah masuk ke dunia ini melalui pintu tadi.

"Oh iya begini saja Agatha. Kau sekarang pergilah sembunyi di balik bilik lemari itu hingga aman. Sementara biar aku yang meladeni orang di depan itu. Kalau nantinya orang di depan pintu itu datang untuk membunuhku, segeralah pergi dari dunia ini secepat yang kau bisa dan jangan kembali. Kau ingat ini Agatha?!" desis Leon, memberi perintah.

Agatha hanya menganggukkan kepalanya.

"Oke, sekarang pergilah sembunyi sebelum dia mendobrak pintu rumah ini dan jangan bersuara!" titah Leon.

Tanpa menunggu aba-aba lagi, Agatha pun langsung bersembunyi di balik bilik lemari yang Leon perintahkan. Ketika Agatha sudah benar-benar sembunyi dan Leon merasa Agatha sudah aman, ia pun membukakan pintu rumahnya. Alangkah terkejutnya dirinya ketika tahu bahwa yang datang ke rumahnya adalah sama-sama warga Adney yaitu John-teman seperjuangannya-.

"Kau lama sekali sih?! Ada apa lagi emangnya? Tak tahukah kamu seberapa penting informasi yang aku sampaikan saat ini?!" protes John.

"Syukurlah, aku kira yang datang utusan Ratu Elena. Ternyata kamu John! Syukurlah." pekik Leon.

"Ah iya aku minta maaf karena datang tiba-tiba. Tapi sebelum itu aku mau bertanya. Apakah tadi kamu bertemu dengan seorang manusia?" tanya John, takut-takut.

Mendengar itu, Agatha meringis pelan di balik bilik lemari. Walau ia berada di balik bilik lemari, ia tetap masih bisa mendengar apa yang John dan Leon bicarakan. Ia merasa was-was, takut kalau Leon menjawab dan memberi tahukan keberadaannya kepada John.

Rasa sesak mulai menggerogoti tubuh Agatha. Ia lupa, bahwa ia punya penyakit sesak. Ia tidak bisa bertahan lebih lama, lantaran penyakitnya mulai kambuh. Ia tidak bisa berada di tempat yang sempit, atau penyakitnya akan kambuh saat itu juga.

Ia mengeluh pelan, "Astaga, aku sudah tidak kuat lagi."

Dan untungnya, keberuntungan berpihak kepadanya. Tepat setelah itu, Leon membuka pintu lemari tempat persembunyian Agatha. Ia menampilkan senyum tipis dan mempersilahkan Agatha untuk keluar dari persembunyiannya.

"Keluarlah, sudah aman. Kau tidak perlu takut dengan John. Dia teman baikku, dia juga yang membantuku melewati masa sulit saat orang tua dan keluargaku dibunuh oleh Ratu Elena. Keluarlah, tidak akan ada yang menyakitimu. Aku jamin itu." pinta Leon.

Agatha pun mengangguk dan keluar dari persembunyiannya. Ia menghela napas panjang untuk mengurangi rasa sesak di dadanya. Sayangnya ia lupa membawa inhaler-obat ampuh yang menjadi temannya- saat ia berlari membawa dirinya untuk pergi meninggalkan medan pertempuran beberapa hari yang lalu.

Bahkan ia belum menceritakan perihal penyakitnya kepada Erick dan Aaron. Sebab ia benar-benar lupa dengan penyakitnya. Ia baru ingat saat ia berada di bilik lemari yang sempit dan penyakitnya kambuh lantaran berada di tempat sempit itu. Dari sini, ia berjanji pada dirinya sendiri untuk menceritakan semuanya kepada Erick dan Aaron. Termasuk tentang dunia Adney, Leon, John dan penyakitnya.

"Apakah sudah benar-benar aman?" tanya Agatha persis setelah ia menginjakkan kaki keluar dari bilik lemari.

"Iya sudah. Kau boleh menemui John. Dia akan membantuku menceritakan semuanya. Dan setelah itu, kau kusarankan untuk segera pergi meninggalkan tempat ini."

"Ah, oke Leon. Terima kasih ya."

Bersama Leon, Agatha pun menghampiri John yang tengah duduk di dekat perapian sambil menikmati secangkir teh yang mungkin sudah disiapkan oleh Leon. Melihat perawakan Agatha, John langsunh berdiri dan melakukan basa-basi khas orang-orang yang baru saja bertemu.

John mengulurkan tangannya ke Agatha, "Hai, aku John. Teman Leon."

Agatha tersenyum tipis dan menyambut uluran tangan John, "Oh iyaa hai. Aku Agatha, kau pasti sudah mendengar namaku dari Leon."

"Iyaa sudah. Jadi, maukah kamu menceritakan asal mula bagaimana kamu bisa tiba di sini? Di dunia Adney ini? Percayalah, aku kaget melihatmu tadi berjalan bersama Leon. Tadinya aku mau memanggil kalian, tapi khawatir menimbulkan keributan dan membuat kita mendapat masalah." ujar John panjang lebar.

"Oh iyaa bisa. Aku akan menceritakan kisah singkatnya. Dan sebagai gantinya, maukah kalian melanjutkan cerita tentang dunia Adney ini? Dan menceritakan lebih jelas siapa itu Ratu Elena dan Penyihir Aldric? Maukah?" tanya Agatha, balik bertanya.

"Oke, deal." jawab Leon dan John bersamaan.

Beberapa menit pun berlalu. Waktu yang berlalu mereka habiskan untuk saling bercerita, sesuai dengan kesepakatan sebelumnya. Hingga akhirnya, ketiganya saling memahami satu sama lain.

"Oh jadi kamu datang kesini karena suatu kebetulan yang tidak disengaja?" tanya John memastikan.

"Iya benar."

"Dan kamu sekarang tinggal dengan Erick dan Aaron? Keluarga barumu sekarang."

"Iya, itu juga benar."

"Keren! Baru kali ini ada manusia yang tiba disini dan masih berumur belasan tahun, alias masih remaja. Iyaa nggak sih Leon? Kau setuju kan denganku?" tanya John.

"Iya benar, aku setuju. Tapi sayangnya, aku rasa kita harus segera memulangkan Agatha sekarang juga. Sebelum jam malam diberlakukan kembali oleh Ratu Elena. Jika kita terlambat, aku takut Agatha tidak bisa kembali ke tempat asalnya." ujar Leon mengingatkan.

"Ah iya benar juga. Baiklah, senang bertemu denganmu Agatha. Kau cantik dan baik sekali. Semoga kita bisa bertemu kembali ya. Doakan kami agar dunia Adney bisa kembali seperti dulu lagi." ucap John tulus.

"Baik, aku pasti akan mendoakan kalian. Tenang saja. Aku juga senang bisa bertemu dengan kalian. Sebenarnya aku masih ingin berada disini. Aku masih ingin disini karena aku ingin membantu kalian mencari penyihir Aldric. Tapi sayangnya aku tidak bisa, maafkan aku yaa. Kalian take care yaa, sehat-sehat terus." ucap Agatha, sendu.

Leon dan John terenyuh tatkala mendengar ucapan Agatha. Ia senang sekali bisa bertemu dengan Agatha. Orang yang baik hatinya dan juga pribadinya.

"Ah, aku terharu. Tapi kita tidak punya banyak waktu lagi, jam malam akan segera diberlakukan. Kita harus segera pergi John untuk mengantar Agatha. Jaga-jaga jika terjadi sesuatu."

"Iya benar. Ayo Agatha, bersiaplah. Kita akan segera pergi."

"Oke, aku sudah siap. Lagipula aku kesini tidak membawa apa-apa selain diriku sendiri hehe."

"Oh iya benar juga, aku sampai lupa. Yasudah, kau sudah siap Leon?"

"Sudah, ayo segera berangkat."

"Ayo."

Setelah itu, mereka pun pergi meninggalkan rumah Leon dan bergegas untuk menuju tempat pertama Agatha tiba. Untungnya jam malam belum diberlakukan, jadi Agatha bisa kembali pulang ke rumahnya dengan selamat.

"Astaga, untunglah. Cepatlah Agatha, segera masuk kesana." titah Leon.

"Iya, oke. Selamat tinggal teman-teman, apa kita akan bertemu lagi?" tanya Agatha.

"Pasti. Kau boleh kesini diwaktu pagi, asalkan seperti tadi. Tidak mencolok. Tapi jangan terlalu sering kesini disaat Ratu Elena masih berkuasa. Kami takut terjadi apa-apa denganmu." jawab John.

Agatha tersenyum dan mengangguk, "Baik, terima kasih. Mungkin besok aku akan mampir kesini lagi. Selamat tinggal teman-teman."

Tepat setelah itu, Agatha pun kembali. Kini, tinggalah Leon dan John seorang diri.

"Sebentar, sebentar. Tunggu sebentar. Astaga Leon, aku baru ingat. Apakah ini adalah takdirnya? Takdir untuk dunia Adney?" tanya John.

Leon terdiam, kemudian mencoba memahami maksud perkataan John.

"Astaga, benar. Apakah ini takdirnya?"