Bibi Lisa masih saja berdiri dengan pertanyaan intimidasinya yang terus dilontarkan. Namun bukannya mendapat jawaban, ia hanya mendapat cengiran khas Aaron. Hal itu bukannya membuat dirinya tenang, malah semakin membuatnya naik pitam. Dalam pikirannya ia berpikir, "Tidak bisakah anak muda ini bersikap serius di hadapannya"
"Aaron! Bibi ini tanya! Bukannya lagi ngajak bercanda! Ngerti nggak sih kamu?! Sini Bibi jewer kamu! Sini, sini! Erick juga sini!" ucap Bibi Lisa. Kedua tangannya tidak tinggal diam. Satu tangannya masih berusaha menenangkan Agatha. Satu tangannya lagi berusaha meraih telinga Erick dan Aaron secara bergantian.
Tepat saat Bibi Lisa selesai menjewer telinga Aaron dan Erick, keduanya serempak mengaduh kesakitan. Pasalnya, jeweran Bibi Lisa cukup keras dan membuat telinga keduanya merah merona. Ya... Merah merona. Setidaknya itulah yang dilihat Agatha.
"Aduh, aduh, aduh. Aduh!!!" Adu Erick dan Aaron bebarengan. Tangan keduanya tidak diam. Mereka mengelus pelan telinganya, usai dijewer oleh Bibi Lisa.
Sementara Agatha dan Bibi Lisa terkekeh melihat aksi keduanya. Perlahan-lahan tangis Agatha pun juga mulai mereda. Kini ia sudah mulai bisa tersenyum. Terlebih ketika dirinya melihat aksi konyol Aaron dan Erick di depannya. Tak hanya Erick dan Aaron tentu saja, tingkah Bibi Lisa juga tak kalah konyol ketika menyikapi Aaron dan Erick.
"Makanya ta lah... Anak gadis yang cantik ini jangan dibikin nangis. Udah tau namanya perempuan itu sensitif, masih aja tingkahnya bikin Agatha nangis. Mbok yoo, di rem ngunu. Ora usah cem macem. Iso opo ora?" tanya Bibi Lisa.
"Hah? Gimana bi? Ngomong apa sih bi? Erick teh nggak paham." ujar Erick balik bertanya.
"Hadeh." Bibi Lisa hanya bisa menggelengkan kepalanya menanggapi Erick.
"Hahaha, itu maksudnya jangan macem-macem. Jangan bikin Agatha nangis pokoknya. Intinya ya gitu." timpal Aaron.
"Nah, itu ngerti. Bibi tau, kalian masih sedih sama kejadian beberapa waktu lalu. Makanya itu, Bibi pengen kalian menjaga satu sama lain. Saling menyayangi ya? Pokoknya anggep aja kita ini keluarga ya? Jangan nyakitin satu sama lain. Pokoknya, akur aja dah. Nggak usah berantem. Oke? Mau ya? Kalian udah Bibi anggep anak Bibi sendiri sekarang." ucap Bibi Lisa kemudian.
"Huaa, mau nangis lagi. Bibii....." Air mata Agatha kembali berderai. Ia merasa terharu sekaligus beruntung bisa bertemu Bibi Lisa. Sosok wanita yang kuat dan mau menyayanginya seperti selayaknya seorang ibu dengan anak.
Bibi Lisa tersenyum, membentangkan tangannya agar Agatha bisa memeluknya. Spontan, Agatha pun memeluknya kembali. Dalam dekapannya, Bibi Lisa mengelus pelan rambut Agatha. Ini adalah upayanya menenangkan Agatha. Sama halnya dengan dirinya. Ketika ia memeluk seseorang, rasa nyaman dan tenang akan mengalir dalam tubuhnya.
"Yah, bagi-bagi dong. Mau meluk Bibi juga. Kangen bi... Masa Agatha doang yang dipeluk." protes Aaron.
"Haduh, haduh. Sini sini nak. Sini sayang."
Akhirnya mereka pun bergantian untuk memeluk Bibi Lisa. Bibi Lisa tersenyum, mendapati Aaron, Erick dan Agatha nyaman dengan dirinya. Sudah lama ia tidak merasakan suasana hangat seperti ini. Setelah suaminya pergi meninggalkan dirinya karena struck, sejak saat itu lah Bibi Lisa tinggal seorang diri selama bertahun-tahun. Menikmati sisa hidupnya dengan tinggal di rumahnya sendirian.
"Udah udah. Kan udah selesai meluknya nih. Sekarang kalian maaf-maafan dulu ayo. Kan tadi kalian abis berantem." perintah Bibi Lisa.
"Tapi nggak ada yang berantem bi. Tadi kita tuh sama sekali nggak berantem."
"Iya Bi. Kita sama sekali nggak berantem tadi. Serius deh. Iya kan Agatha?" sanggah Erick, melanjutkan statement Aaron barusan.
"Nggak berantem gimana, itu tadi buktinya Agatha nangis. Itu pasti gara-gara kalian berantem kan? Iya kan? Ayo ngaku! Kalau nggak ngaku, Bibi jewer lagi habis ini!"
"Eh, Bibi mah main jewer-jewer aja. Masalahnya kita tuh udah jujur Bibi... Kita emang nggak lagi berantem. Tadi cuman mengklarifikasi aja. Terus karena beda pendapat, akhirnya Agatha ya nangis kayak gitu tadi. Tapi bukan berarti kita berantem Bi.."
"Iya bi. Setuju sama Bang Aaron. Kita emang nggak berantem sama sekali. Cuman beda pendapat aja. Lagian wajar kan Bi, beda pendapat... Namanya juga masih progress pendewasaan. Jadi cek cok sedikit ya wajarlah bi.. Intinya mah, kita nggak berantem." ujar Erick membela diri.
"Yaudah, yaudah. Nggak berantem kalian. Tapi nggak ada salahnya kan maaf-maafan? Nah sekarang, ayo maaf-maafan. Yuk ah, biar nggak debat mulu." titah Bibi Lisa, final.
"Iyadeh iya. Maaf ya Agatha."
"Maaf ya."
"Iya kak, maaf juga ya."
"Nah, kalau gini kan enak diliatnya. Nggak ada yang nangis, nggak ada yang emosi. Damai semuanya. Udah, damai aja terus ya. Nggak usah debat-debat hal hal yang nggak penting. Kalau bisa dibicarain baik-baik aja. Terus jangan mudah tersinggung dan gampang baper. Biar enak. Okei sayang?"
"Iya, bi. Oke deh." ucap ketiganya serempak.
"Sip bagus. Kalau gitu Bibi mau keluar dulu ya. Mau lanjut istirahat, capek abis beres-beres tadi. Kalian juga ya. Istirahat. Nanti sore, bantu Bibi masak ya buat makan malem bareng. Mau kan?" tutur Bibi Lisa.
"Oke Bi, siap. Ntar panggil aja kita bi, 3 kali. Ntar kita langsung dateng. Makasih ya bi. Selamat istirahat." ucap Aaron disetujui Agatha dan Erick kemudian.
"Oke deh, terima kasih kembali sayang. Yaudah bibi keluar dulu. Inget lho, baik-baik. Saling menjaga dan nggak boleh saling menyakiti." ujar Bibi Lisa mengingatkan lagi.
"Iya bi. Tenang aja. Aman. Udah bi, istirahat dah. Ntar bibi nggak istirahat-istirahat karena ngomong terus hehehe." usir Erick secara halus.
"Hmmph, ngusir ya. Yaudah deh. Selamat istirahat anak-anak."
Setelah itu Bibi Lisa pun keluar dari kamar Erick dan Aaron dan kembali ke kamarnya untuk istirahat. Sementara Agatha pamit undur diri untuk kembali ke kamarnya juga. Ia juga ingin istirahat dan menenangkan pikirannya. Sama halnya dengan Erick dan Aaron yang sudah sangat sangat lelah. Sudah sedaritadi mereka menahan kantuk yang luar biasa. Syukurlah, kini mereka bisa beristirahat dengan tenang dan tidak perlu berdebat perihal dunia Adney. Ya... setidaknya untuk sementara waktu mereka bisa menenangkan pikiran mereka.
"Yaudah, Agatha keluar juga deh. Makasih ya Kak Erick, kak Aaron. Maaf tadi ngerepotin kalian. Maaf juga buat semuanya. Tapi Agatha nggak bohong kok. Tenang aja, bukan mau nyari ribut lagi. Agatha cuman mau bilang itu aja. Sekali lagi makasih ya kak Aaron. Kak Erick. Aku sayang kalian." ujar Agatha sebelum meninggalkan kamar Erick dan Aaron.
"Iya nggak papa. Maafin kita juga ya. Bukannya nggak mau percaya. Cuman ya gitu deh. Yaudah istirahat sana. Istirahatin tubuh sama pikiranmu, biar tenang." timpal Aaron bijaksana.
"Iya kak, kakak juga ya. Dah."
Agatha pun keluar sementara Erick beserta Aaron melanjutkan istirahat mereka. Kali ini mereka sudah tenang dan perdebatan mereka juga sudah berakhir. Namun mereka keliru, ternyata itu semua adalah awal dari perjalanan mereka sesungguhnya.