Saat itulah mata birunya dipenuhi dengan pemujaan, dan dia melangkah mendekatiku. Aku bergidik dekat dengan tubuhnya yang besar, tapi itu adalah getaran kebutuhan dan kerinduan. Kemudian, aku merasakan bibirnya yang lembut menyentuh bibirku, mula-mula dengan lembut dan kemudian menekan cemberutku dengan intensitas dan gairah sedemikian rupa sehingga aku hampir melupakan namaku. Aku mencium bau cologne-nya, begitu bersih, segar, dan maskulin sekaligus. Aku merasakan sentuhannya, kasar namun lembut pada saat yang sama, mengendalikan Aku dan menguasai Aku dengan keinginan dan kebutuhan. Aku merasakan kebahagiaan yang meresapi esensi Aku saat Aku bersamanya, perasaan utuh dan utuh saat terjerat dalam pelukannya.
Aku butuh itu lagi.
Aku butuh dia.
Air mata mengalir di wajahku dengan bebas sekarang, dan dia dengan lembut menyeka pipiku dengan ibu jari yang lembut.