Wajah Yena memerah hingga ke telinga-telinga.
"Ka-kamu apa yang kamu lakukan?"
"Hmm aku sedang menyembuhkan lukamu. Diamlah," kata Lucifer. Dia menjilati leher Yena yang terluka telaten.
"Uh." Yena menahan napasnya, rasanya geli.
Apakah ini terlihat seperti pengobatan? Sama sekali tidak. Mengapa dia merasa Lucifer sengaja ingin mengambil kesempatan?
Namun, entah karena terbawa suasana atau apa, Yena sama sekali tidak menolak tindakan Lucifer.
Setelah beberapa saat barulah Yena bersuara karena sudah terlalu gugup.
"Su-sudah selesai?"
"Mn." Lucifer langsung berhenti.
"Apa sudah tidak sakit?" tanyanya.
"Dari awal juga tidak sakit kok," ujar Yena. Barulah ia menyadari kalau dirinya sangat bodoh.
"Oh tidak sakit? Lalu kenapa kau tidak memberitauku? Apa ... kau sengaja?" Lucifer menatap Yena dengan seringai yang tersembunyi.
Wajah gadis itu semakin merah padam saja. "Sengaja apanya?! Kamu yang tiba-tiba begitu kok!" Yena berkata sembari turun dari ranjang lalu berlari ke kamar mandi.
Huh dari mana reptil ini belajar menggoda seperti itu? Dasar pria! Tidak manusia tidak siluman semua sama saja!
Malam hari tiba. Yena dan Lucifer menikmati makan malam yang dibawakan oleh si burung gagak. Karena Arion sepertinya masih berkeliaran di luar dan Lucifer juga sedang terluka.
"Aku dengar dari burung gagak itu kalau namamu adalah Lee Shan." Yena berkata di tengah santapan mereka.
Lucifer meliriknya sesaat. "Ya. Itu nama asliku, tapi sebaiknya kau jangan menyebutkannya."
"Oh? Kenapa?" Yena menatapnya heran. EKspresinya agak tidak bagus. Sepertinya ada hal tidak menyenangkan dibalik namanya.
Yena segera mengganti topik, "Jadi kapan kita akan mengambil Yeouiju-mu?"
"Besok. Aku harus segera berevolusi. Jika tidak Arion akan selalu menginjak-injakku."
"Oh ...." Bibir Yena berkerut.
"Jika kamu berevolusi, bukankah kamu akan naik ke langit? Lalu ... apakah Arion tidak akan menggangguku?"
"Kau benar. Setelah berevolusi setidaknya aku harus tinggal di langit selama seratus tahun. Tapi aku punya suatu cara, aku akan melindungimu. Kau tenang saja," janji Lucifer.
Yena melihatnya mengatakannya dengan tulus, dia lumayan tersentuh. Namun, ini malah membuatnya semakin tidak nyaman. Dia harus segera mengatakan kebenarannya.
Lucifer selesai makan. Ia bangkit, mengambil buku dan naik ke tempat tidur.
Yena melihatnya heran. Apa karena dia terluka jadi hari ini dia akan tidur di ranjang? Lalu bagaimana dengan nasibnya?
"Kamu mau tidur di ranjang malam ini?"
"Mn. Apa kau ingin orang sakit tidur di lantai?"
"Tidak." Yena tak mengatakan apa pun lagi. Sudahlah, lagipula dia tidak akan tidur malam ini.
Malam melarut, Lucifer sudah menutup bukunya dan tertidur. Yena bahkan masih belum mengantuk. Dia hanya menatap wajah malang Lucifer dengan perasaan bersalah.
Yena sampai pada sebuah keputusan. Ia mengambil buku catatan dan pulpen dari tasnya kemudian menulis kebenarannya. Tentu dia tidak berani mengatakan langsung pada Lucifer tentang Yeouiju-nya, takut pria itu akan langsung menelannya hidup-hidup.
Yena meletakkan surat itu di bawah buku di atas nakas.
"Maafkan aku. Aku harap aku bisa membayar kerugianmu ini suatu saat nanti," gumam Yena. Ia mengambil tasnya kemudian pelan-pelan keluar.
Sebelum benar-benar pergi Yena menatap gedung itu sesaat dengan berat hati. Entah kenapa, dia merasa enggan.
Di malam hari wilayah mati itu terlihat lebih 'mati'. Tak ada setitik cahaya pun. Yena menggunakan ponsel nya sebagai penerang dan berjalan cepat.
Setelah Yena meninggalkan gedung, Lucifer perlahan membuka matanya. Dari awal dia tidak pernah benar-benar tertidur.
Pria itu mengambil selembar kertas yang ditinggalkan Yena dan membacanya. Ia kemudian menatap keluar lewat jendela, melihat sosok ringkih gadis itu berjalan cepat menyusuri jalanan sunyi nan dingin.
Seringai yang amat tipis terbentuk di bibir Lucifer. Sementara cahaya merah di matanya bersinar semakin tajam.
Yena memacu langkahnya cepat. Punggungnya serasa ditusuk-tusuk angin dingin. Namun anehnya hawa dari depan terasa hangat. Hanya ada satu kemungkinan, dan benar saja, Yena memperlamba langkahnya kemudian berhenti ketika netranya menangkap sosok pria yang tak asing mencegatnya di depan.
Yena menelan saliva saat matanya bertautan dengan mata hijau milik Arion. Sudah dia duga, dia pasti akan bertemu dengan mahluk ini begitu keluar.
"Nona, keputusanmu tepat meninggalkan Lucifer. Ikutlah denganku." Suara Arion yang berat merambat melalui udara dan mengejutkan otak Yena.
Penampilan pria itu elegan dan menawan seperti manusia bangsawan, namun aura yang ia keluarkan berbanding terbalik dengan penampilannya yang tenang.
Yena menguatkan dirinya agar tidak gentar menghadapi aura mengerikan Arion.
"Yeouiju sudah tidak ada padaku. Jadi berhentilah menggangguku."
"Tidak ada padamu? Jadi apa kau sudah memberikannya pada Lucifer?" Arion menyipitkan mata tajamnya.
"Tidak. Dia tidak akan pernah mendapatkan Yeouiju-nya, dia tidak akan pernah bisa berevolusi karena benda itu telah hancur. Jadi aku mohon, berhentilah mengganggunya, tidakkah kau malu mengganggu mahluk yang levelnya jelas berada di bawahmu?"
Arion menyunggingkan seringai.
"Yeouiju hancur katamu? Katakan padaku bagaimana benda itu bisa hancur?"
"Jatuh, aku menjatuhkannya."
"Haa ...." Arion tertawa ringan.
"Terjatuh kau bilang? Bagaimana mungkin benda seperti Yeouiju hancur hanya karena terjatuh? Nona, jangan coba-coba bermain trik denganku." Arion menekankan tatapannya.
Yena meremas kepalan tangannya. "Aku tidak berbohong. Benda itu hancur ketika aku sedang mengejar Lucifer waktu itu ...."
"Ini bahkan terdengar lebih mustahil. Jika yeouiju hancur bagaimana mungkin Lucifer tidak menyadarinya? Terlebih ... jika benda itu hancur di dekatnya .... Nona, kau naif sekali." Arion berdecak.
Yena mengerutkan keningnya kentara. "Jadi maksudmu ... jika Yeouiju hancur Lucifer pasti menyadarinya. Lalu ... tembikar itu ... apa berarti tembikar itu bukanlah yeouiju?" Yena melebarkan pupil matanya. Mengapa dia tidak pernah memikirkan kemungkinan ini? Hanya dia yang berasumsi kalau tembikar itu adalah yeouiju. Benar, waktu itu seharusnya Lucifer melihat tembikar yang pecah, jika itu benar Yeouiju mana mungkin ia tidak menyadarinya.
"Ja-jadi ... ternyata itu bukan yeouiju ...." Wajah gadis itu agak memucat. Yena, darimana kebodohanmu itu berasal?
Lalu sebenarnya yang mana yeouiju itu?
"Nona, pernahkah kau melihat bola bening seperti kristal? Aku yakin benda itu masih ada padamu sekarang," kata Arion. Yena segera menyadarinya.
Jadi kristal bulat yang ia sangka imitasilah yeouiju itu!
Yena merasa sangat konyol, namun di sisi lain merasa sangat lega.
"Kalau begitu aku harus kembali. Aku harus mengembalikan yeouiju pada Lucifer ...."
Yena yang masih terkejut hendak melangkah pergi namun tiba-tiba tubuhnya membeku kaku.
"Uhh. Apa ini?" Yena terkejut. Tubuhnya sama sekali tidak bisa digerakkan. Barulah ia menyadari kalau semuanya sudah terlambat dengan adanya Arion.
Arion terkekeh kecil.
"Sayang sekali nona, kau tidak bisa kembali sekarang."
"Tidak! Tolong lepaskan aku!" pekik Yena, ketakutan.
"Jangan berteriak. Kau tidak mengerti, kau akan lebih aman bersamaku dibanding Lucifer. Nona, apa kau tau? Lucifer menyukaimu."
Arion menatap Yena lekat dan menekankan jari-jarinya ke dagu gadis itu.
"Maksudku, dia menginginkanmu, bahkan jika kau mengembalikan yeouiju padanya dia tidak akan melepaskanmu. Kau akan selamanya menjadi peliharaannya."
"Omong kosong apa yang kamu katakan?"
"Ini bukan omong kosong. Mau aku ceritakan kenapa Lee Shan dipanggil Lucifer? Mengapa ia dikutuk menjadi imoogi dan harus mendapatkan yeouiju agar bisa berevolusi? Itu karena ...." Arion mendekatkan wajahnya dan berbisik di telinga Yena, "Dia adalah mahluk jahat yang senang menyekap para gadis dan menyiksanya sampai mati."