"Dae-Shim." Delwyn melirih untuk yang ke sekian kalinya, mencoba untuk mengeja nama itu dengan logat yang benar. Meksipun begitu dialeknya tidak sebagus milik Daeva.
"Maaf jadi merepotkan dirimu." Suara berat menyela Delwyn. Pria itu duduk dengan wajahnya yang penuh tanda tanya. Masih tak percaya kalau yang dilihat olehnya sekarang adalah seorang pendekar yang sudah mati lebih dari 800 tahun yang lalu. Rasanya dia sedang menyaksikan mimpi buruk miliknya sendiri.
Seumur-umur Delwyn tidak pernah menyangka bahwa dirinya akan berada dalam satu ruangan dengannya. Benar-benar tak pernah terpikirkan secara logika.