Mamah yang tidak menyetujui hubunganku dengan Yosan itu, tiba-tiba saja, mendatangi kantorku. Mamah menangis. Dan meminta aku agar kembali lagi ke rumah. Namun, aku meminta satu hal. Kepada Mamah. Yaitu ... Mamah harus merestui hubunganku dengan Yosan.
"Siva, kamu pulang ke rumah ya sekarang," kata Mamah.
"Gak mau ah, males. Palingan, nanti, Mamah marah-marah lagi. Hina Yosan lagi," ucapku.
"Kalau Mamah mau Siva balik ke rumah, Mamah harus restuin hubungan Yosan sama Siva!" Memang, ini terlihat mengancam. Tapi, aku tidak memiliki lagi, pilihan lain. Mamah tak menjawab.
"Mamah gak setuju kan?" tanyaku. Terlihat dari raut wajahnya. Lalu, Mamah menjawab, "Yaudah."
"Yaudah apa?" tanyaku.
"Yaudah, kamu pulang ke rumah. Mamah kesepian," ucap Mamah.
"Mah, Siva ngerasa percuma pulang juga. Karena apa? Karena Mamah selalu ngata-ngatain Yosan. Buat apa Siva ada di rumah? Mamah aja gak bisa tepatin janji Mamah yabg dulu."