Aku rasa, melarikan diri dari rumah adalah hak yang bagus. Semuanya, terbukti, ketika aku ada di hotel. Ya, meskipun, aku harus berkorban untuk tidak melihat sosial media. Aku sangat yakin, jika orang tua, dan teman-temanku, telah mengirimi pesan yang banyak. Dan, panggilan yang tak terjawab sudah beratus-ratus kali.
"Cintyaaaaaa!" Teriakan Mamah selalu tergiang-ngiang dalam benakku. Aku selalu, kesal ketika Mamah marah. Lalu, aku juga benci kalau Mamah sudah menyuruhku untuk ini dan itu.
Aku yang dalam pelarian, keluar dengan memakai cadar. Agar, tidak ada yang mengenaliku. Itu semua, terbukti, saat aku bertemu dengan asisten rumah tangga yang bekerja di rumahku. Aku yang sedang pergi ke mall, bertemu dengan dirinya. Padahal, dia ada di Bandung saat itu. Entah kenapa, dia berada di mall Jakarta.
Hidupku, termasuk beruntung. Waktu aku ingin meminum alkohol untuk menghilangkan rasa stressku, tiba-tiba, aku tersadar sudah berada di ranjang kamar. Kulihat, di sampingku, ada Pian.