"Sekarang pulanglah. Aku akan pulang," ucap Ervin sedikit melunak karena melihat wajah Serlin yang merah dan terlihat matanya mau menangis.
Serlin menarik napas dalam-dalam, jantungnya berdetak dengan kencang. Hatinya sangat panas, kedatanganya ke kantor ternyata membuahkan hasil yang di luar dugaannya.
"Aku sebentar lagi mau ke luar, lebih baik kamu duluan yang ke luar," ucap Ervin sudah tenang.
Tanpa menunggu lama lagi, Serlin dengan cepat mengambil tas tangan yang ada di atas meja langsung pergi ke luar meninggalkan Ervin yang diam melihatnya dengan wajah yang penuh dengan kekesalan.
Ervin menarik napas panjang, setelah melihat Serlin ke luar dan menutup pintu dengan kencang. "Dia pasti sangat marah. Kecurigaannya benar, aku memang sekarang dekat dengan Aneska tapi setelah dia membuatku banyak kecewa. Aku harus menjelaskan sesuatu nanti di rumah. Serlin tidak boleh tahu tentang Aneska."