"Apa yang harus aku lakukan sekarang? Kenapa hatiku menolak Serlin? Apa karena terlalu banyak Serlin melukai hatiku sehingga sisi lain dari hatiku menolaknya? Aku juga tidak mau seperti ini tetapi aku tidak bisa melawan hatiku sendiri." Hati Ervin bicara sendiri.
"Pasti Serlin akan lama tidak pulang dengan masalah seperti ini. Penolakanku telah membuat hatinya terluka. Untuk sementara ini aku biarkan saja dulu Serlin, biar waktu yang akan membuatnya untuk lebih bijaksana. Apa yang aku lakukan padanya, tentu saja karena ada sebabnya."
Ervin kembali menghisap rokoknya kuat dan menghembuskannya jauh-jauh terbang dibawa angin. Diminumnya kembali kopinya yang sudah mulai dingin.
Rokoknya hampir habis, Ervin matikan di dalam asbak. Kemudian menyandarkan tubuhnya di kursi, matanya perlahan terpejam. Angin yang membelai wajah dan tubuhnya sangat Ervin nikmati.
"Aneska. Aneska Belavina," bibirnya menyebut satu nama yang telah membuat hatinya senang. Senyum manis tersungging di bibirnya.