"Kenapa pulang?" tanya Damar kaget memegang tangan Aneska yang sudah berdiri hendak pergi.
"Tidak ada gunanya kita bicara. Aku pikir kamu akan memberikan solusi padaku tapi nyatanya malah semakin membuatku bingung," ucap Aneska melepaskan tangannya dari pegangan Damar.
"Duduklah dulu," pinta Damar. "Jangan cepat marah begitu."
Aneska menunduk melihat Damar, setelah beberapa detik berpikir Aneska kembali duduk disamping Damar.
"Kamu cepat sekali marah, padahal setahuku kamu selalu tenang," ucap Damar.
Aneska hanya menjawab dengan wajah yang merengut. Suasana hatinya berubah menjadi kesal.
"Aku minta maaf," ucap Damar melihat Aneska yang sedang melihat ke depan.
Aneska menarik napas panjang. "Mungkin karena lagi banyak pikiran jadi aku gampang emosi."
"Tadi kita bicara sudah sampai mana?" tanya Damar.
"Tidak tahu," jawab Aneska tanpa melihat Damar.