Aneska terdiam beberapa saat, lamunannya membawa alam bawah sadarnya teringat dengan Ervin yang sudah beberapa hari tidak pernah terdengar lagi beritanya.
"Ervin ke mana? Tidak pernah menghubungiku lagi. Apa dia sibuk? Atau dia sudah ---," Aneska tidak melanjutkan kalimatnya.
Wajahnya yang tadi terlihat ceria sekarang terlihat sendu. "Kenapa aku jadi sedih seperti ini? Bukankah seharusnya aku senang karena tidak ada yang menggangguku lagi? Bukankah aku sering marah jika Ervin selalu menggangguku?"
Aneska menghela napas. "Seharusnya aku senang jika Ervin sudah bahagia dengan istrinya lagi. Aku tidak boleh berpikir yang aneh-aneh apalagi mengharap sesuatu yang tidak mungkin aku miliki. Ervin itu suaminya Serlin, aku hanya orang asing di antara mereka."
Aneska menatap lantai di bawah kakinya, wajahnya terlihat murung. "Tapi kenapa aku merasa seperti ada sesuatu yang hilang dalam diriku. Hati ini merasa kosong."