"Aku Burhan Prasetya, Ayahmu. Kamu putriku, Aneska Belavina," jawab Burhan menatap iris mata putrinya. "Apa kamu tidak mengenal Ayahmu ini?"
Seketika kaki Aneska seperti tidak ada tenaga, tangannya langsung berpegangan pada meja yang ada disampingnya. Matanya jatuh melihat lantai. "Siapa?" ucapnya lirih.
Burhan yang berdiri didepannya seketika hendak memegang tubuh Aneska yang limbung, tapi dengan cepat tangan Aneska memberi tanda agar jangan menyentuhnya.
Tangan Aneska memegang meja agar tubuhnya tidak jatuh. Dadanya bergemuruh hebat. "Apa aku bermimpi?" gumamnya pelan.
"Anakku, kamu tidak apa-apa?" tanya Burhan cemas melihat wajah putrinya yang terlihat pucat dan tegang, hendak memegang tangan Aneska.
"Jangan sentuh aku," ucap Aneska pelan melihat tangan Burhan yang hampir menyentuh tangannya.
"Kamu tidak apa-apa putriku?" tahta Burhan.