Selamat Membaca
Wajah sendu sang mama membuat Rara bingung harus memulai dari mana untuk mencari titik terang dari semua kekacauan ini. Meskipun sebenarnya hanya dirinya seoranglah yang merasa kacau.
Karena ternyata Dokter Devan sama sekali tidak berkeberatan dengan rencana perjodohan, atau lebih tepatnya proyek perjodohan dengan meminjam istilah lelaki itu.
"Om Armand itu sahabat dekat papa sejak SMA, incase kamu lupa," ujar mamanya mengumpulkan kenangan.
"Dulu mereka sering datang berkunjung, sebelum Om Armand pindah ke Semarang untuk melanjutkan spesialis."
Rara mencoba merangkai kepingan memori dan menyusun ulang sesuai kemampuan otaknya. Ia ingat gambaran sepasang suami istri yang dulu sering mampir ke rumahnya, bahkan ia sempat beberapa kali bermain dengan puteri mereka.
Namun Rara tidak mengingat sedikit pun kalau pasangan itu juga memiliki seorang anak laki-laki.
