Selamat membaca!!
POV Arina
Air mataku terus saja mengalir tidak bisa dihentikan. Berita ini terlalu tiba-tiba, mengoyak senyum yang tersungging di bibir kala mendengar guyonan Ibu Asri dan anak-anak panti lainnya.
Saat kami tengah menikmati sarapan pagi di rumah tadi, kehangatan begitu terasa dengan binar bahagia yang terpancar di wajah ibu Asri . Sejak pertama aku kemari baru kali ini Ibu dan Ayah panti tertawa lepas tanpa kesedihan yang membayangi.
Namun, siapa sangka jika suasana itu menjadi kenangan terakhirku. Saat tiba-tiba hening karena mendengar interupsi dari Opa ku jika kami akan pergi pagi ini ke Amerika.
Seketika, kebahagiaan itu pun berubah menjadi kedukaan. Terutama bagiku akan meninggalkan kak Dwi, bang Aksan dan anak-anak panti lainnya.
Aku berdecak kesal. Dengan bibir mengerucut, aku mengomel, "Dasar nggak punya perasaan. Mau ngajak aku pergi jauh, nggak bilang-bilang." ketus ku pada Opa ku.
Aku tidak ingin bertanya lagi, lebih baik bungkam dan memejamkan mata.
Setelah menempuh perjalanan berjam-jam dan berhenti beberapa kali untuk beristirahat. Kami akhirnya sampai juga di depan rumah atau biasanya orang kaya menyebut mansion yaitu rumah yang cukup besar menurutku. Halamannya pun luas.
Aku keluar dari mobil yang tadi aku naiki di bandara , berhenti di halaman menunggu para pelayan menurunkan barang bawaan kami.
"Masuk!" titah Oma begitu dirinya berdiri di sampingku.
Dalamnya kamarnya ku.
Aku mendongak, lalu mengikuti langkahnya menuju kamar yang tampak luas. Mataku terbelalak kaget melihat foto pernikahan papa dan Mama ku.
Waktu subuh tiba ku tunaikan kewajibanmu sebagai seorang muslimah. Dan aku berdoa..
"Ibu ...."
Ku tumpukan kepala di atas sajadah selesai berdoa, lalu menjatuhkan tubuh yang terasa lelah sambil terisak. Dulu, biasanya Ibu Asri tempatku mengadu, melepas beban dengan merebah di pangkuannya. Beliau akan menenangkan dengan beragam wejangan, mengusap kepalaku lembut penuh kasih sayang.
Aku butuh itu sekarang, butuh penguat saat tak ada siapa pun bisa mengerti posisiku. Aku butuh nasihat Ibu untuk menghadapi masalah pelik ini. Aku butuh usapan tangan Ibu Asri yang akan meredakan tangis. Bu ... kenapa masalah yang ku hadapi sebesar ini?
Ya Allah sembuhkan lah ibu Asri yang sudah kuanggap ibuku sendiri, Aamiin.
Pov End.
Suatu hari sakitnya ibu Asri kambuh kembali.
Flashback On
Dua gadis cantik berusia 16 tahunan memiliki seorang ibu panti yang mereka sayangi.
Sudah satu tahun lebih ibu panti nya sakit-sakitan dan saat ini kondisi ibu nya sangat kritis di rumah sakit .
Waktu pemeriksaan terakhir dokter yang menangani ibu panti nya berkata pada Arina jika ibu panti nya memiliki penyakit jantung yang cukup serius sekaligus mengancam nyawanya .
Dokter bilang ibu nya tidak akan bertahan hidup lebih lama dalam waktu kurang lebih enam bulan meskipun ibu nya sudah mendapatkan pendonor jantung sekalipun .
Bahkan dokter sempat menyuruh Arina dan Indah untuk
menyerah saja pada tuhan karena kondisi mamanya yang sudah tidak memungkinkan lagi untuk bertahan hidup.
Namun Arina membantah perkataan dokter itu, sedangkan Indah saat itu sedang menerima telepon dari bang Aksan kakak panti mereka.
"Dokter apa yang anda katakan, anda menyuruh saya menyerah saja pada tuhan ? bagaimana mungkin saya menyerah begitu saja saat saya melihat mama saya masih bernafas!! "
"Tapi nona kemungkinan untuk menyelamatkan mama anda sangatlah kecil bahkan jika kita sudah menemukan pendonor jantung yang cocok untuk mama anda sekalipun kemungkinan ibu anda siuman sangatlah kecil. "
"Ada satu hal lagi nona, setiap orang berbeda-beda biasanya dalam kasus ini penerima jantung akan sulit menerima jantung baru jika kondisi tubuhnya tidak stabil seperti kondisi ibu anda saat ini. "
"Dokter saya sangat memohon bantuan anda, tolong lakukan apa saja yang terbaik , tolong selamatkan mama saya . Saya tidak peduli sangat kecil kemungkinan ibu saya untuk siuman atau tidak . Selagi ibu saya masih bernafas saya akan melakukan apapun yang terbaik untuk ibu saya dokter . "Arin pun tidak bisa menghentikan air matanya, ia menangis dan memohon di hadapan dokter yang menangani ibu panti nya itu.
Arina memohon agar sang dokter bisa menyelamatkan hidup mamanya dari jurang mautnya.
"Nona Arina apa anda sudah memikirkan hal ini baik-baik, biaya operasi sekaligus mendapatkan donor jantung untuk mama anda sangatlah mahal bisa-bisa mencapai milyaran banyaknya. "
Seketika Arina terdiam dan mencengkram rok yang dikenakannya , kali ini Arina sangat bingung bahkan tidak memiliki uang sebanyak itu saat ini. Hatinya begitu perih seperti teriris belati.
Arina memiliki seorang Opa dan Oma saja didunia ini ia memiliki harta dan uang sebanyak itu untuk biaya pengobatan ibu panti nya. Kemudian dengan tekad bulat Arina pun memutuskan hasil akhirnya, bahwa Arina akan meminta Opa nya uangnya untuk kesembuhan ibu panti nya.
Walaupun Arin tau jelas kemungkinan ibu panti nya untuk siuman sangatlah kecil, tapi Liana tidak bisa membiarkan mamanya meninggal begitu saja dihadapannya tanpa ada usaha, apalagi melihat mamanya meninggal secara perlahan !
"Dokter jangan khawatirkan biayanya saya akan membayar semua biaya perawatan ibu saya, tolong lakukan saja yang terbaik untuk ibu saya. " ucap Arina tegas. Setelah berbincang-bincang begitu lama di ruangan dokter yang merawat ibu panti itu dan Arina akhirnya keluar dari ruangan.
"Ibu bertahanlah, Arin yakin ibu akan baik-baik saja . " gumamnya dalam hati kemudian menyeka air matanya yang mengalir tiada henti itu. Kemudian Arina pergi mengunjungi mamanya sebelum pergi meninggalkan rumah sakit untuk menelepon Opanya
Sesampainya di rumahnya, Arina melihat sesosok pria yang tidak asing baginya duduk seorang diri didepan ruangan ibu panti nya.
Begitu pria itu menoleh ke arahnya Arina sangat terkejut ternyata pria itu adalah seorang kakek yang bertanggung jawab, pria yang sudah tega membuang cucunya belasan tahun yang lalu untuk kepentingan anak kandung nya yang serakah akan hartanya .
Dia adalah Arlan Baskoro
Kakek kandung Arina yang sudah dilupakan olehnya semenjak dia belasan tahun yang lalu.
"Opa" lirih Arina
"Sabar sayang, Opa akan melakukan yang terbaik buat bu Asri, jika beliau sembuh 70 % nanti kita bawa bu Asri ke Amerika ya!!" ucap Opa lembut memeluk cucunya sambil mengelus surainya Arina yang tengah terisak.
Hiks... Hiksss..
"Terimakasih Opa sudah membantu ibu"
Ucap Arina.
"Tentu saja sayang, Opa hanya ingin cucu Opa tersenyum kembali melihat ibu panti nha sembuh" jawab Opa.
"Iya Opa, anak-anak panti juga merindukan ibu" lirih nya dalam pelukan sang Opa.
Flashback End
Pengobatan bu Asri alhamdulillah berjalan lancar dan kesembuhan bu Asri perlahan membaik dan bisa beraktifitas seperti biasanya.
Semua orang di panti tentunya merasa bahagia dan mengadakan syukuran dengan pengajian di panti dan santunan untuk fakir miskin di daerahnya.
Bersambung