Selamat Membaca
Setelah selesai ritual mandi, Arin dan Indah sudah memakai gaun yang disiapkan Oma untuk acara makan malam. Mereka pun segera turun ketika diketuk pintu oleh pak Mardi.
Saat kedua gadis itu tiba di ruang makan, semua orang sudah berbincang dengan hangat. Pria muda sang putra mahkota Dirgantara dan keluarga Bobby juga kak Liam itu juga ikut terlibat dalam perbincangan yang entah membahas apa.
Arina menoleh dan tersenyum lebar melihat Indah dengan penampilannya.
"kok kak Liam dan keluarga juga kak Raymond ada disini juga?" bisik Arin pada Indah.
"Aku juga ga tau, mungkin Opa mu yang mengundang akan menjodohkanmu Rin" goda Indah mengedipkan matanya.
"Ish, kita kan masih sekolah Ndah" ucap Arin mendekati sang Oma.
"Dari tadi Oma penasaran sama penampilanmu yang asli lho, Ndah. Haha ...." Oma mengomentari penampilan casual calon anak angkat yang terlihat tomboy.
"Maaf, jika Indah kurang sopan, Oma. Bajunya basah, Ndah ga punya dress lainnya," balas Indah sambil menundukkan kepala.
"Gapapa, Sayang. Sini Arin, Indah duduk dekat Oma," tukas Oma menunjukkan kursi kosong disebelah nya. Sedangkan Raymond yang menatap Arin tak berkedip sama sekali. Begitu juga dengan kak Liam menatap gadis tomboy itu.
Tadinya Indah sudah tampil anggun menggunakan dress tapi dia menggantinya karena tidak biasa katanya.
Semua sudah berkumpul di ruang makan, jamuan makan malam sudah terhidang di meja makan. Sesekali Arin melirik Raymond yang menikmati makan malam. Kak Liam pun melirik kearah Indah dan Indah dengan wajah merona, hanya Boby saja yang mendengus kesal menatap kakak dan kak Raymond. Mereka makan malam tanpa saling bicara, bukan karena suasana canggung, melainkan mereka terlalu menikmati sajian yang ada. Hanya denting sendok yang beradu dengan piring yang sesekali terdengar.
Setelah rangkaian sajian makan malam berakhir, dua keluarga itu masih berbincang dengan santai. Sesekali tawa renyah Oma, mama Andin, Arin dan Indah terdengar.
"Seumur hidup papi, baru kali ini ada di dalam jamuan makan malam, calon mantu kita memakai baju seperti ini, sedangkan yang lain masih memakai baju resmi," kelakar papa nya Boby melirik kearah Indah dan Liam, Opa Arin tersenyum . Disusul dengan gelak tawa dari yang lainnya. Begitupun Boby yang tertawa lepas melihat wajah kesal, malunya Indah malam ini.
Berulangkali papa Boby geleng-geleng kepala melihat sifat tomboy nya Indah memakai celana cargo hitam dan kemeja lengan pendek, sedangkan Kak Liam hanya memakai kaos serta celana selutut. Duh, ini memang sangat terlihat memalukan. Tapi mengingat kejadian di kolam renang membuat para orang tua itu hanya bisa geleng-geleng kepala.
"Pasangan bandel," jawab Boby masih dengan senyuman di sudut bibirnya.
"Indah memang sangat perhatian pada kak Liam , melihat calon suaminya berpakaian seperti ini, dia juga menyesuaikan diri," komentar Oma, disambut gelak tawa dari yang lain.
Indah cemberut mendengarnya, karena tadi dia mengejek Penampilannya . Ternyata sekarang malah mendapatkan pujian dari mamanya Boby atau kak Liam . Ini sangat tidak masuk akal bagi Indah .
"Benar-benar calon mantu idaman mami kamu, Sayang," ujar mama Andin sambil melirik Indah. Hanya dibalas senyuman oleh Indah. Kak Liam yang ada di sampingnya meliriknya beberapa kali.
"Ada-ada saja tingkah kalian, bikin papi senam jantung tadi," cerocos papa nya Boby sambil menatap keduanya dengan senyuman.
"Benar, mami kira kamu mendorong Liam jatuh ke dalam kolam renang, Ndah," ucap Bobby konyol.
"Anak bandel ini susah matinya, mbak. Kecelakaan parah saja hanya patah kaki, hahaha ...." mama Andin berkomentar.
"Lah, papi pengen aku mati?" Liam cemberut mendengar kelakar papinya.
"Hidup sekali harus dihargai, jangan berbuat sesuka hati," nasihat papa pada putranya.
"Liam ga pernah sesuka hati," balasnya tak senang mendengar komentar papa nya .
"Iya, ga pernah. Ga pernah berhenti," lanjut Papanya membuat Kak Liam mendengus kesal, sementara suara tawa dari para orang tua itu sudah kembali meledak.
Malam ini perbincangan di ruang makan Villa Opa tampak santai dan hangat. Semua mengalir tanpa direncanakan. Entah siapa yang memulai,keluarga kak Liam dan Opa Raden Baskoro merasakan kecocokan untuk saling berbincang.
Ketika suasana telah kembali tenang, terdengar suara Indah memecah kesenyapan.
"Oma, bagaimana jika kak Raymond bertunangan sama Arin aja, aku ga mau dilangkahi," ujar Indah dengan wajah mengharap, membuat Opa Raden yang sedang menyesap kopi tersedak.
Papa nya Boby dan mama nya mama Andin saling pandang mendengarnya. Mereka terkejut dengan ucapan Indah
"Maksudnya gimana, Ndah?" tanya Tante Andin menelisik dengan tatapan tajam.
"Maksud Indah, yang menjadi istri Kak Raymond biar Arin aja, kan Aku suka nya sama. mm," papar Indah tanpa tau malu.
Seketika suasana berubah menjadi canggung, tidak ada yang bersuara diantara mereka. Oma tampak enggan menanggapi ucapan Indah , Papa Boby memandang memandang Raymond juga Liam dengan tatapan penuh tanya. Sedangkan Raymond hanya membalas dengan mengedikkan bahunya.
Ruang makan yang tadi tampak ceria kini menjadi hening. Indah tidak berani memberi tanggapan apa yang telah diucapkan kakaknya. Melihat wajah Oma dan mama Boby yang telah menghilang senyumnya, dia tahu mamanya Boby itu tidak senang mendengar ucapan Indah .
Indah hanya mendesah panjang. Sekilas dia melirik Raymond yang tampak cuek tidak berminat untuk menanggapi juga.
"Ohya, Indah, Arin .Oma tadi sudah janjian dengan butik langganan mami. Besok kita ke sana, ya," ucap Oma memecah keheningan.
"Indah juga ?" tanya Indah tergagap karena kaget.
"Iya, dong, Ndah. Custom size bridal dress untuk resepsi Minggu depan, Ndah ," ucap mama Boby sembari menatap Indah dengan senyuman yang lebar.
"Oh gitu," balas Indah sungkan.
Indah menoleh pada Liam yang duduk di sebelahnya, dan pria itu mengangguk dengan senyuman lebar seperti mamanya.
"BiarLiam saja yang jemput Indah besok, Ma" ucap Liam.
"Ya udah besok mami dan Liam akan jemput, ya , Sayang," tegas mama Bobby .
"Baik, Mih," jawab Indah meski hatinya mendadak ragu.
INDAH tahu, semua orang di meja makan ini sedang berusaha mengacuhkan Arin, entah kenapa dia merasa tidak enak pada Arin , meskipun di sisi lain Indah menyadari bahwa perkataan Arin barusan terlalu berani.
OMA dan Opa mengikuti arus percakapan yang sengaja dibuat oleh mama Boby , mereka ikut mengabaikan Arin dan Raymond yang pergi entah kemana.
"Mah, besok aku ikut boleh ga?" tanya Boby pada mama Andin
"Boleh, dong, besok kita sekalian beli baju kembaran aja untuk mereka, biar kompak," jawab mama Andin dengan senyum merekah.
Fix. Di meja mereka semua tidak menganggap keberadaan Arin dan Raymond di antara mereka.
Di tempat lain ketika Arin pergi keluar dari obrolan Oma dan mama Andin, Arin menyendiri melihat bintang-bintang, dan ketika Arin sedang menengadah melihat bintang datang lah kak Raymond.
"Kamu suka?"
"Ya, Indah sekali"
"Cantik"
"Apa nya kak?"
"Bintang nya"
"O, ya kak. Aku mau ngucapin terimakasih sama kakak, waktu itu sudah menolongku" lirih Arin.
"Ya, Apa kita berteman sekarang?" tanya Raymond menjulurkan tangannya untuk dijabat Arin.
"Ya, kita berteman sekarang" jawab Arin menjabat tangan Raymond.
Kemudian Mereka menatap bintang-bintang dengan sangatlah lama tanpa berkata - kata.
"Oh, iya kak, apa kakak nginep disini?"
"Kenapa?" tanya Raymond menatap Arin.
"Eh, bukan gitu ini sudah sangat malam, gimana keluarga Bobby sudah pulang?" jelas Arin.
"O My God, aku harus pulang dulu Arin, kamu juga masuk angin malam tidak bagus" ajak Raymond memegang tangan Arin dan mereka beranjak dari sana.
Di Teras Villa tampaknya keluarga Bobby masih menunggu Raymond dan Arin.
"Tuh, mereka pah!!" tunjuk Boby.
"Ray, ayo pulang sudah malam!!" titah pamannya atau ayahnya Boby.
Raymond mengangguk, dan keluarga Bobby berpamitan pada Opa dan Oma.
Setelah itu Arin dan Indah masuk kedalam kamar mereka. Arin mengganti pakaian nya begitu juga dengan Indah.
Arin tengah duduk di depan meja belajarnya, laptopnya telah menyala. Dia membuka sebuah aplikasi untuk mengerjakan tugas sekolahnya . Akan tetapi sepertinya malam ini, otaknya tidak bisa bekerja dengan baik. Akhir-akhir ini belajarnya selalu terganggu dengan persoalan yang harus dihadapi keluarganya.
Mulai dari rencana pertunangannya dengan Raymond sampai sikap Indah yang selalu mengganggu pikirannya.
"Ya Tuhan, beri hamba petunjuk," desisnya.
Di tengah kekalutannya, gawainya menyala.
Ting. Pesan dari Kak Dwi .
[Assalamualaikum, gimana, Arin dan Indah ?] sapa Kak Dwi.
[Aku puyeng banget sekarang, Kak ] balas Arin .
Kak Dwi sedang mengetik.
Ting.
[Jiahh, baru dilamar Raymond langsung pusing wkwkwk]
[Masalahnya semakin rumit, Kak Dwi ] balasnya.
Ting
[Gimana?] balas Kak Dwi.
[Indah juga akan sekarang minta aku....
Ting.
[What?!] kak Dwi penasaran.
[Tadi dia bilang gitu ke kami saat jamuan makan malam] balas Arin.
[Apa Indah sudah gila?]
[Dia memang sakit jiwa.]
[Akhirnya kamu jadian sama Raymond , bukan nya Indah juga akan dilamar kak Liam.
Selamat, ya.]
Mereka saling balas chat, Arin selalu merasa lebih tenang setelah curhat dengan Kak Dwi. Sahabatnya ini satu-satu orang yang mengenal Arin luar dalam dan lebih dewasa daripada Indah. Penampakan Arin yang cuek, sebenarnya berhati lembut dan tidak tegaan.
[Elo harus yakin, Arin. Allah tidak akan menguji diluar kemampuan hamba-Nya.]
[Makasih, Kak selalu support aku .]
[Udah, gih. Tidur sana!]
[Iya, aku ngantuk, Kak.]
[Jangan lupa berdoa! INDAH MANA? tidur ya dia? ]
Arin mengangguk, seolah Kak Dwi ada di depannya. Gadis itu mendesah panjang, kemudian membereskan alat-alatnya yang berserakan di meja belajar. Arin mematikan laptopnya, lalu beranjak menuju ranjang untuk merebahkan diri. Hari ini terasa sangat melelahkan baginya. Dia ingin segera tidur. Tapi ....
Ting. Terdengar notifikasi dari aplikasi berwarna hijau. Dia segera membukanya.
Pesan dari manusia langka.
[Rubah kecil, besok gue jemput jam 10.]
Arin membuang nafas kasar. Sebenarnya dia bingung harus berbuat apa dan bersikap bagaimana. Sejujurnya, dia tidak mau bersaing dengan , apalagi hanya untuk seorang Raymond spesies manusia langka. Tapi disisi lain dia sudah membuat .
Mungkin karena terlalu lama Arin bengong dan tidak merespon pesan Raymond , pria itu kemudian melakukan panggilan video call.
Manusia langka memanggil ....
"Kok ga di bales?" tanya Raymond begitu dingin.
"Maaf, Kak. Aku habis dari kamar mandi" jawab Arin berbohong.
"Kenapa sih, ? Kok lemes gitu?" tanya Raymond.
"Aku ngantuk, Kak," jawab Arin singkat.
" jangan terpengaruh dengan Orang lain!" ancam Raymond.
Sejak kecil, pria ini sudah hidup dengan fasilitas sultan. Terlebih sebagai putra tunggaL, kedua orang tuanya menyayangi jadi dia sama sekali tidak pernah merasakan sulit mendapatkan apa yang dia inginkan. Ketika beranjak dewasa dengan ketampanan fisiknya para garis sudah berderet antri untuk mendapatkan perhatiannya. Tapi dia tidak pernah tertarik dengan mereka.
Selama ini dia hanya memikirkan ambisi bagaimana dia bisa menjadi raja bisnis. Tak heran di usianya yang masih begitu muda, beberapa kali wajahnya menghiasi majalah bisnis tanah air.
Dia belum pernah merasa berminat dengan wanita sampai perjumpaannya dengan Arin di rumah Bobby.
"kamu harus ingat, kita sudah punya perjanjian." Pria itu mengingatkan Arin.
Raymond sendiri merasa bingung kenapa harus mengatakan ini.
"Bukannya kamu emang awalnya mau sama aku" tanya Arin.
"Ga ada yang bisa berbuat seenaknya pada seseorang Raymond , Arin Termasuk kamu ," jawab Raymond dingin.
"Kak, aku minta maaf jika kamu anggap aku berbuat seenaknya, tapi kan memang kamu awalnya mau sama aku," balas Arin datar.
Hening.
"Sekarang sudah berubah, aku udah suka sama kamu " tukas Raymond .
"Okay, aku paham," jawab Arin getir, perlahan dadanya terasa sesak, takutnya dia akan menyesal keputusan nya untuk menjalin kasih dengan Raymond.
Arin membuang napas. Apakah dia bisa menjadi robot, yang menjalankan semua sesuai program yang telah dirancang dalam sistem tubuhnya.
"Jangan sampai jatuh cinta sama aku , Arin Aku hanya butuh istri yang bisa mendampingi aku, melahirkan pewaris. Itu saja, ga perlu ada drama-drama," papar Raymond dingin.
"Hahaha, jangan naif, Arin. Dan jangan habisin waktu kamu untuk bikin aku jatuh cinta," ancam Raymond .
"Aku ? Otak elo sakit kali kak, mana pernah aku godain kamu," sergah Arin kesal.
"Hahaha, tetap begini, akan lebih menarik." Tawa Raymond pecah mendengar Arin kesal.
Arin menggelengkan kepala heran, manusia macam apa yang sedang berbicara dengannya kini. Apakah dia hanya seperti pohon pisang yang hanya punya jantung tapi tidak punya hati?
"Dasar pohon pisang," maki Arin sebelum akhirnya menutup panggilan karena kesal.
Gadis ini mendengus kasar, rasa kantuknya tiba-tiba menguap entah kemana. Dia malah melangkah membuka pintu menuju balkon kecil di sebelah kamarnya.
Angin malam ini berhembus pelan, anak-anak rambutnya yang tergerai bergerak ditiup angin. Dia memejamkan matanya, mencoba menikmati aroma malam di kediaman Opa Baskoro. Bulan yang menggantung sendirian di langit tampak begitu angkuh, mengingatkannya dengan sosok Raymond.
Entah kenapa gadis itu merasa Raymond sangat angkuh dengan pendiriannya yang mengatakan bahwa dia tidak akan pernah jatuh cinta dengan wanita manapun.
"Suatu saat pendirian kamu bakal runtuh, kak Raymond ," ujarnya kesal. Tiba-tiba dia mengutuk saat teringat dengan ucapan pria itu yang melarangnya jatuh cinta.
"Jadi aku ga boleh jatuh cinta pada spesies manusia langka itu, bisa lah. Mana mungkin gue jatuh cinta dengan manusia yang super menyebalkan itu, huh, jangan harap," gerutu Arin kesal, kemudian beranjak masuk ke dalam kamarnya. Gadis itu kemudian membaringkan tubuhnya di ranjang sambil menarik selimut dan menenggelamkan diri di dalamnya. Tak berapa lama suara dengkur halus telah terdengar, kantuk yang sangat telah membawanya memasuki dunia mimpi.
Bersambung